iklan space 728x90px

Teori Belajar Kognitif

Menurut penganut paham behaviorisme, belajar merupakan suatu perubahan perilaku yang dapat dilihat oleh mata dan dipengaruhi oleh adanya stimulus dan respons. Di lain pihak, ahli teori belajar kognitif memandang bahwa belajar bukan semata-mata proses perubahan tingkah laku yang tampak, melainkan sesuatu yang kompleks yang sangat dipengaruhi oleh kondisi mental siswa yang tidak tampak. Oleh karenanya, dalam pembelajaran di kelas seorang guru perlu memperhatikan kondisi siswa yang berhubungan dengan persepsi, perhatian, motivasi, dan lain-lain.

Bagaimana menerapkan teori belajar kognitif dalam pembelajaran? Bila diamati, sistem pembelajaran yang berlaku saat ini banyak dipengaruhi oleh prinsip-prinsip belajar yang diturunkan dari teori belajar kognitif. Prinsip-prinsip belajar tersebut adalah model "belajar penemuan" dari Bruner, "belajar bermakna" dari Ausubel, teori "perkembangan berpikir" dari Piaget, model "peristiwa pembelajaran" dari Robert Gagne, dan "belajar sosial" dari Bandura. Teori-teori ini berorientasi pada bagaimana membuat belajar menjadi bermakna.

Sehubungan dengan itu agar seorang guru dapat menyiapkan pembelajaran yang efektif dan efisien, serta dapat memecahkan berbagai permasalahan pembelajaran di kelasnya sesuai dengan prinsip-prinsip belajar, maka mereka perlu mempelajari teori belajar kognitif ini.

Prinsip Dasar dan Tujuan Teori Belajar Kognitif
Prinsip teori psikologi kognitif adalah bahwa setiap orang dalam bertingkah laku dan mengerjakan segala sesuatu senantiasa dipengaruhi oleh tingkat-tingkat perkembangan dan pemahaman atas dirinya sendiri. Seseorang memiliki kepercayaan, ide-ide, dan prinsip yang dipilih untuk kepentingan dirinya sendiri.

Teori belajar kognitif ini sangat erat hubungannya dengan teori psikologi kognitif. Aspek kognitifnya mempersoalkan masalah bagaimana orang memperoleh pemahaman mengenai diri sendiri dan lingkungannya, dan bagaimana  mereka  berhubungan  dengan   lingkungan   mereka dengan menggunakan kesadarannya, sedangkan aspek psikologisnya menekankan pada hubungan antara orang dengan  lingkungan psikologinya secara bersamaan dan saling berhubungan secara timbal balik. Dalam hal belajar, aspek psikologis ini memandang bahwa proses belajar yang terjadi pada seseorang tidak tampak dari luar dan sifatnya kompleks. Karena perilaku belajar seseorang tidak dipengaruhi oleh faktor dari luar (eksternal), melainkan dipengaruhi oleh cara-cara bagaimana terjadinya proses informasi di dalam diri seseorang (faktor internal). Psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal atau proses-proses mental manusia daripada tampakan luarnya. Tingkah laku yang tampak tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental, seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan sebagainya. Sehubungan dengan belajar, teori kognitif memandang bahwa belajar merupakan proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Adapun perubahan tingkah laku yang tampak sesungguhnya adalah refleksi dari perubahan interaksi persepsi dirinya terhadap sesuatu yang diamati dan dipikirkan.

Model psikologi kognitif berpusat pada pikiran dan bekerjanya pikiran. Contoh model ini yang paling awal adalah strukturalisme dan proses pengolahan informasi merupakan contoh yang paling akhir. Model pemrosesan informasi telah menggantikan psikologi stimulus respons (masukan-keluaran). Sampai saat ini peranan proses kognitif masih penting di bidang penelitian psikologi seperti psikologi perkembangan dan penelitian tentang motivasi. Hal itu didukung oleh faktor-faktor berikut.
  1. Terbatasnya penjelasan mengenai aktivitas manusia.
  2. Adanya penerimaan pandangan tentang individu sebagai manusia belajar yang aktif, sosial dan bersifat selalu ingin tahu.
  3. Adanya pandangan yang mengatakan bahwa perubahan tingkah laku merupakan interaksi orang dan situasi.
A.  Tujuan Teori Belajar Kognitif

Tujuan teori psikologi untuk membentuk hubungan yang teruji, yang teramalkan dari tingkah laku orang-orang pada ruang kehidupan mereka secara spesifik sesuai dengan situasi psikologisnya. Untuk dapat memahami atau memprediksi suatu perilaku, kita harus memperhatikan orang tersebut dengan lingkungan psikologisnya sebagai pola dari fakta dan fungsi-fungsi yang saling membutuhkan.

Teori kognitif dikembangkan terutama untuk membantu guru memahami muridnya. Ternyata, hal ini juga dapat membantu guru memahami dirinya sendiri dengan lebih baik. Menurut teori kognitif, belajar diartikan sebagai proses interaksional seseorang memperoleh pemahaman baru atau struktur kognitif dan mengubah hal-hal yang lama. Agar belajar menjadi efektif, guru harus memperhatikan dirinya sendiri dan orang lain. Jadi, psikologi kognitif dikembangkan dengan maksud membantu guru-guru mampu memahami muridnya secara lebih baik. Psikologi kognitif mengembangkan sistem psikologi yang bermanfaat untuk berhubungan dengan anak-anak dan pemuda pada saat belajar.

Teori belajar kognitif dibentuk dengan tujuan mengkonstruksi prinsip-prinsip belajar secara ilmiah. Hasilnya berupa prosedur-prosedur yang dapat diterapkan pada situasi kelas untuk mendapatkan hasil yang sangat produktif. Teori belajar kognitif menjelaskan bagaimana seseorang mencapai pemahaman atas dirinya dan lingkungannya lalu menafsirkan bahwa diri dan lingkungan psikologisnya merupakan faktor-faktor yang kait-mengait. Teori ini dikembangkan berdasarkan tujuan yang melatarbelakangi perilaku, cita-cita, cara-cara, dan bagaimana seseorang memahami diri dan lingkungannya dalam usaha untuk mencapai tujuan dirinya. Setiap pengertian yang diperoleh dari memahami diri sendiri dan lingkungannya disebut insight.

B.  Apakah Insight?
Menurut teori ini insight adalah pemahaman dasar yang dapat diaplikasikan pada beberapa situasi yang sama atau hampir sama. Insight lalah pemahaman seseorang terhadap suatu situasi secara mendalam. Pemahaman seseorang tidak sama dengan kesadaran atau kemampuannya untuk menjelaskan pemahaman tersebut secara verbal. Jadi, insight merupakan inti pemahaman. Seseorang dapat memperoleh insight walau hanya dari mengalami satu kasus. Bagaimana pun yang paling bernilai adalah insight yang berasal dari sejumlah kasus yang hampir bersamaan yang digeneralisasikan menjadi sebuah pemahaman. Dengan kata lain, pada mulanya pemahaman terhadap sesuatu terjadi dengan melihat hubungan antara bagian-bagian yang terpisah, kemudian pada akhirnya timbul pemahaman tentang hubungan antarkomponen yang dilihat.

Pemahaman seseorang secara kolektif merupakan struktur kognitif dari aspek ruang kehidupannya. Struktur kognitif itu sendiri adalah persepsi dari aspek psikologis, fisik, dan kehidupan sosial seseorang. Bila dikaitkan dengan siswa yang belajar maka struktur kognitif merupakan segala pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan belajar di masa lalu dan proses belajar pada dasarnya suatu upaya untuk mengaitkan pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang sudah dimiliki siswa. Dari proses belajar ini diharapkan akan terbentuk struktur kognitif yang baru yang lebih lengkap. Sehubungan dengan pandangan tersebut, supaya belajar dapat lebih efektif, guru harus memperhatikannya secara lebih baik. Pada saat guru merancang program pembelajaran, kondisi siswa harus diperhatikan, begitu pula pada saat mengimplementasikan rancangan tersebut di dalam kelas, kondisi nyata kelas perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.

C.  Perbedaan Teori Kognitif Dengan Teori Conditioning Stimulus-Respons
Teori belajar kognitif menentang aliran behaviorisme karena pandangan aliran behaviorisme ini bersifat molekuler, memandang tingkah laku sebagai hasil dari ikatan stimulus-rcspons saja sehingga tidak dapat menggambarkan proses mental yang terjadi. Semua pendekatan dari teori belajar perilaku tampaknya kurang mengindahkan proses-proses mental yang terjadi selama belajar seperti persepsi siswa, pemahaman, dan kognisi dari hubungan esensial antara unsur-unsur yang terjadi dalam belajar. Di lain pihak, teori kognitif menekankan pada apa yang terjadi dalam diri individu itu sendiri dalam menganalisis stimulus sampai dengan munculnya respons. Teori kognitif menggambarkan bagaimana seseorang mencapai pemahaman atas dirinya sendiri serta lingkungan sekitarnya dalam satu situasi dan bagaimana struktur kognitif terbentuk.

Perbedaan pandangan kedua teori ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Teori Kognitif Menekankan pada Fungsi-fungsi Psikologis
Pada umumnya teori behaviorisme cenderung menjelaskan karakter suatu aktivitas dari segi fisiknya saja dan mengabaikan pengaruh psikologisnya. Segi psikologis artinya adanya kecocokan atau sejiwa dengan logika/pengetahuannya, sedangkan ahli teori kognitif memperhatikan dunia sekeliling dari sudut siswa. la memperhatikan fungsi-fungsi psikologis (proses mental), hubungan dan kejadian yang saling mempengaruhi yang berbeda dengan objek fisiknya. Selain itu psikologi kognitif memperhatikan pula sistem saraf.

2. Teori Kognitif Berfokus pada Situasi Saat Ini
Teori perilaku dan apersepsi menggunakan pendekatan sejarah, yaitu masa lalu orang lain untuk mempelajari perilaku manusia dan motivasinya, kemudian memprediksi masa depannya, sedangkan pendekatan yang digunakan psikologi kognitif adalah situasi atau sejarah masa kini manusia untuk mempelajari keadaan individu pada saat ini untuk kemudian memprediksi masa depannya. Ciri penting teori belajar kognitif adalah selalu diawali dari suatu deskripsi mengenai situasi saat itu secara keseluruhan dan berlanjut ke analisis rinci dari segala aspek situasi. Ide yang harus dipertahankan adalah bahwa tidak ada dua konsep atau lebih yang terpisah secara tersendiri tetapi segala hal selalu bergantung kepada sesuatu hal yang lain. Kekinian bisa berarti saat ini. Ruang kehidupan adalah suatu konsep yang berisi segala hal yang berkaitan dengan jiwa yang melingkupi jiwa seseorang pada suatu waktu tertentu.

3. Berinteraksinya Orang dan Lingkungan
Dalam teori kognitif terjadi interaksi antara manusia dan lingkungannya secara simultan dan saling membutuhkan. Masing-masing tidak terpisahkan, tetapi saling berkaitan. Interaksi adalah proses kognitif di mana di dalamnya seseorang secara psikologi, dan simultan memahami lingkungannya dan menemukan beberapa hal yang bermakna. Selanjutnya, orang tersebut akan menghubungkan pemahaman yang diperolehnya dengan dirinya, berbuat sesuatu atas pemahamannya itu sesuai dengan dirinya dan menyadari konsekuensi dari proses tersebut secara keseluruhan.

Berdasarkan berbagai pandangan di atas maka prinsip-prinsip dasar teori belajar kognitif dapat dirumuskan sebagai berikut.
  1. Belajar merupakan peristiwa mental yang berhubungan dengan berpikir, perhatian, persepsi, pemecahan masalah, dan kesadaran.
  2. Sehubungan dengan pembelajaran, teori belajar perilaku dan kognitif pada akhirnya sepakat bahwa guru harus memperhatikan perilaku siswa yang tampak seperti penyelesaian tugas rumah, hasil tes, di samping itu juga harus memperhatikan faktor manusia dan lingkungan psikologisnya.
  3. Ahli kognitif percaya bahwa kemampuan berpikir orang tidak sama dan tidak tetap dari waktu ke waktu.
Pendekatan kognitif sudah sejak lama diterapkan dalam sistem pendidikan di Indonesia. Selama perkembangannya ada empat model teori kognitif yang paling berpengaruh dalam dunia pendidikan dewasa ini, yaitu (1) model belajar penemuan (Bruner), (2) model belajar bermakna (Ausubel), (3) model pemrosesan informasi (Gagne), dan (4) model perkembangan intelektual (Jean Piaget). Tiap-tiap model mempunyai dasar pemikiran dan pandangan yang berbeda mengenai hakikat belajar dan bagaimana seharusnya pembelajaran dilaksanakan.

Sumber : Teori Belajar dan Pembelajaran, Udin S. Winataputra, dkk
Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.

Posting Komentar untuk "Teori Belajar Kognitif"

Follow Berita/Artikel Jendela Informasi di Google News