iklan space 728x90px

Bagaimana Supaya Anak Tidak Takut Pada Matematika?

Sebelum kita mencari alternatif / jalan keluar mengenai masalah ini, lebih dahulu perlu kita pahami sebuah asumsi; pelajaran matematika akan menyeret kita untuk pintar matematika. Cara pemahaman seperti ini perlu kita tinggalkan jauh-jauh. Lalu, apa yang dikehendaki oleh bidang studi ini. Identik dengan namanya, matematika/berhitung mengajak dan menuntun kita untuk berpikir secara logis dan rasional agar kita menggunakan otak dan pikiran untuk memikirkan hal-hal yang bisa diterima oleh akal (ratio), kongkret (eksak).

Upaya agar matematika tidak lagi ditakuti anak akan berhasil bila semua unsur ikut menanganinya secara serius. Lalu, siapa saja yang termasuk ke dalam unsur ini?
  • GURU
Guru sebagai penyaji dari mata pelajaran ilmu pasti ini, cukup memegang peranan yang sangat menentukan. Penyajian yang kurang tepat akan menghasilkan akibat yang fatal. Oleh karena itu, tuntutan yang harus dipenuhi oleh guru penyaji, antara lain:

  1. Guru hendaknya selalu berpenampilan ceria di hadapan muridnya. Bila penampilan guru di hadapan murid itu kelihatan angker, sewot, atau tidak murah senyum, maka kemauan, keberanian, dan antusias belajar yang dimilki muridnya menjadi turun atau melempem. Akhirnya, anak takut untuk menanyakan hal-hal yang sebenarnya belum mereka pahami atau mengerti. Akibat buruk lainnya adalah anak takut melontarkan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh guru ketika proses belajar dan mengajar berlangsung sehingga situasi dan interaksi antara guru dan murid menjadi loyo, beku, dan monoton.
  2. Guru harus menguasai materi yang tengah disajikan secara matang. Dengan demikian, guru bisa menjelaskan materi dan pokok bahasan ini secara lengkap, padat dan akurat (anak tidak mengambang).
  3. Disamping penguasaan materi yang cukup lengkap, guru harus menerapkan pendekatan sebagai metode pengajaran yang tepat. Setinggi apapun penguasaan guru terhadap materi pelajaran, tanpa didukung dengan penerapan metode sebagai pendekatan yang tepat, hasilnya akan sia-sia. Oleh karena itu, perlu dihayati penyajian, pendekatan, dan metode yang tepat sehingga menarik minat anak untuk belajar lebih seksama.
  4. Disamping itu, guru harus memberikan kesempatan terhadap anak didiknya untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas atau ragu-ragu. Dentgan cara demikian, diharapkan anak akan merasa puas atas pelajaran yang disajikan oleh guru. Bila anak dapat memberikan jawaban yang tepat atas pertanyaan yang dilontarkan, guru jangan segan-segan untuk memberikan sanjungan atau pujian. Jiwa anak adalah jiwa yang ingin selalu diperhatikan dan dilebihkan. Bagi anak yang belum bisa menjawab secara benar/tuntas perlu juga diberi motivasi agar ia berusaha untuk segera menemukan jawaban yang sebenarnya. Guru jangan sekali-kali memotong pembicaraan anak, baik jawaban maupun pertanyaan, meskipun apa yang diutarakannya itu kurang mengena/menyasar.
  • Orang Tua / Wali Murid
Orang tua ataupun wali murid harus selalu memberikan dorongan dan motivasi yang cukup. Di sinilah peranan pendidikan non formal akan berfungsi. Orang tua perlu menyadari bahwa waktu yang tersedia bagi anak untuk belajar di sekolah sangat minim sehingga waktu di rumahlah yang cukup untuk mengulang dan memperdalam ilmu-ilmu yang didapat dari guru/sekolah. Misalnya anak datang dari sekolah dengan membawa tugas yang diberikan oleh gurunya, maka sebagai orang tua harus menanggapinya secara senang dan ceria. Bahkan, orang tua harus selalu mengadakan kontrol terhadap hasil tugas belajar anak. Dengan cara demikian, diharapkan orang tua segera mengetahui sejauh mana kemajuan atau keterlambatan anak dalam belajarnya.

Lalu, bagaimana agar orang tua bisa membantu kesulitan anak dalam belajar? Orang tua dituntut untuk turut kreatif agar dapat mengarahkan dan turut menjelaskan secara tepat dan benar. Bila anak mengalami jalan buntu/kesulitan, maka perlu disediakan buku pedoman belajar yang sesuai. Akan tetapi, perlu diingat bahwa orang tua hanya berhak menjelaskan atau menunjukkan kesulitan yang ditemui oleh anak, bukan menjawab atau mengerjakan tugas PR, yang seharusnya diberikan untuk anak.
  • Bagi Pelajar Atau Siswa Itu Sendiri
Kemampuan dan kesanggupan anak adalah kunci keberhasilan belajar. Namun, yang kita bicarakan di sini bukan masalah itu, melainkan alternatif untuk menguasai pelajaran. Lalu, apa yang diperlukan siswa? Orang yang maju perang tanpa persiapan dan senjata yang lengkap, adalah sama dengan bunuh diri. Demikian juga dengan masalah belajar ini. Tanpa didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai, tentu hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, sarana dan prasarana yang minimal dimiliki anak, antara lain :
  1. Buku teks wajib (diktat pelajaran).
  2. Alat tulis yang meliputi penggaris, jangka, pensil, busur derajat dan lain-lain.
  3. Buku penunjang lain misalnya kamus, kumpulan rumus-rumus matematika, daftar atau tabel perkalian- pembagian, logaritma dan lain-lain.
Disamping hal-hal terurai di atas, teknik dan taktik dalam belajar perlu dimiliki, misalnya :
  1. Usahakan mempelajari lebih dahulu materi/bahan pelajaran yang akan diajarkan oleh guru di sekolah.
  2. Pusatkan/konsentrasikan segala perhatian kepada guru saat menerangkan suatu pelajaran. Bila masih terasa belum begitu jelas, segera tanyakan pada saat itu juga.
  3. Setibanya di rumah langsung kita pelajari kembali, jangan sampai menunda atau menunggu waktu yang nantinya akan bertambah atau menumpuk.
  4. Buku catatan, latihan, tugas, maupun PR, harus selalu diberi tanggal dan terpisah dari mata pelajaran lainnya sehingga akan tampak rapi dan teratur.
Kalau semua unsur dan point-point di atas kita miliki, maka pelajaran matematika yang tadinya terasa sulit, menakutkan, dan membosankan, akan berubah menjadi mata pelajaran yang menyenangkan. Satu kunci yang perlu kita pegang adalah keberhasilan akan segera teraih apabila mahir perkalian dasar, pembagian di bawah 100, ditambah dengan hapalan dan pemahaman rumus/hukum. Jangan lupa bahwa Allah bisa karena kuasa, tetapi manusia akan bisa karena sudah terbiasa. Biasakan belajar matematika, maka kelak akan mendapatkan permainan yang unik dan menarik dari sisi ilmu pasti ini.

Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.

Posting Komentar untuk "Bagaimana Supaya Anak Tidak Takut Pada Matematika?"

Follow Berita/Artikel Jendela Informasi di Google News