iklan space 728x90px

Munggahan, Tradisi Sambut Bulan Suci Di Tatar Sunda

Tradisi munggahan dalam menyambut hari pertama puasa masih terpelihara erat di tatar Sunda. Anggota keluarga yang merantau sedapatnya mudik dan berkumpul bersama sanak keluarga.

Pertengahan Juni ini, umat muslim di Tanah Air akan menjalani ibadah puasa. Sebuah tuntutan keagamaan yang wajib dijalankan setiap pemeluk. Di balik acara keagamaan itu, ada warisan kearifan lokal yang masih berakar kuat dalam kehidupan masyarakat adat Sunda.


Salah satunya, yaitu tradisi munggahan. Itu masih bisa kita temukan dalam kegiatan orang Sunda yang mendiami wilayah di Jawa Barat hingga Banten. Sehari menjelang hari pertama puasa, masyarakat Sunda terbiasa untuk melakukan silaturahim dalam keluarga hingga tetangga dekat.

Melestarikan dan mewariskan suatu tradisi merupakan kewajiban bersama masyarakat. Itu sangat penting agar tradisi dalam lingkungan sosial tidak hilang. Apalagi, pengaruh budaya globalisasi dan modernisasi begitu kuat menjalar dari kota-kota hingga ke pelosok-pelosok.

Seperti halnya di akhir Syaban, menjelang Ramadan, ada tradisi yang disebut munggahan. Ini merupakan bentuk rasa bahagia masyarakat Sunda dalam menyambut datangnya Ramadan. Bentuknya beragam, tetapi setiap daerah masih memiliki kesamaan, baik di Bandung, Garut, Tasikmalaya, Sukabumi, Bogor maupun Majalengka.

Secara harfiah, munggah berarti 'menyambut hari pertama puasa'. Biasanya pada malam munggah (munggahan), anggota keluarga, terutama yang sedang merantau, kerap menyempatkan diri untuk mudik.

Tradisi yang terlihat sederhana itu patut kita jaga dan lestarikan, terutama bagi masyarakat di tatar Sunda. Tradisi itu memiliki banyak manfaat dan makna tersendiri.

Munggahan bukan sekadar sahur bersama. Ada silaturahim, berdoa bersama, saling mengingatkan untuk membersihkan diri, dan mengamalkan sidekah munggah (sedekah pada sehari menjelang bulan puasa). Keluarga itu inti dari kehidupan. Tanpa keluarga (baik dekat maupun jauh) kita seakan bisa hilang arah. Selain itu, keluarga itu tempat berbagi. Keluarga itu penting.

Kata munggah memang sangat akrab dengan ibadah umat Islam, seperti juga dapat ditemui pada ibadah munggah haji. Tradisi itu juga menjadi salah satu langkah untuk membersihkan diri dan mempersiapkan pelaksanaan ibadah selama Ramadan nanti.

Secara etimologis, munggahan berasal dari kata unggah yang berarti mancat atau 'memasuki tempat yang agak tinggi'. Bisa diartikan bebas bahwa munggah berarti hari pertama puasa pada 1 Ramadan.

Seiring dengan perkembangan zaman, munggahan hanya diartikan sebagai makan-makan atau kumpul-kumpul bersama keluarga atau teman dalam menyambut Ramadan. Namun, tak jarang yang orang Sunda yang merantau di luar pulau atau luar negeri kerap tidak bisa pulang untuk munggahan karena waktu dan jarak. Untuk menyiasatinya, para perantau pun pulang di saat Hari Raya Idul Fitri.

Tak diayal, selain makan bersama, ada juga kegiatan lain dalam tradisi munggahan. Aktivitas itu ialah mengikuti pertemuan keagamaan dan berziarah ke makam wali, kuburan orangtua, serta makam ulama penyebar Islam di suatu daerah.

Tradisi munggahan dalam konteks sosial ialah salah kebiasaan untuk menjaga nilai-nilai kemanusiaan. Setiap orang diajarkan untuk meninggalkan perilaku sombong, pelit, sirik, dan fitnah yang merupakan representasi sifat dasar manusia.

Pola dan makna dari tradisi munggahan bisa kita maknai sebagai tindakan introspeksi diri. Segala kesalahan kita terutama kepada sahabat, teman, dan keluarga dapat diampuni sehingga bisa menghindari prasangka buruk selama menjalankan ibadah puasa.

Dengan demikian, tradisi yang terlihat sederhana itu patut kita jaga dan lestarikan, terutama bagi masyarakat di tatar Sunda. Tradisi itu memiliki banyak manfaat dan makna tersendiri Menunjukkan rasa bahagia dan rasa hormat menyambut Ramadan.

Tradisi munggahan selalu dilakukan banyak orang setiap tahunnya. Itu merupakan momen penting untuk bisa memohon maaf kepada keluarga/anggota keluarga, kerabat dan orangtua. 

Lewat tradisi munggahan, ada kepuasan tersendiri. Setiap orang bisa kumpul dan makan bersama sebelum datangnya Ramadan. Membersihkan diri dan memohon berkah untuk menyambut bulan suci penuh pengampunan. Marhaban ya Ramadhan!!!

Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.

Posting Komentar untuk "Munggahan, Tradisi Sambut Bulan Suci Di Tatar Sunda"

Follow Berita/Artikel Jendela Informasi di Google News