iklan space 728x90px

Peran Ibu Dalam Melatih Anak Berpuasa

Peran Ibu Dalam Melatih Anak Berpuasa - Surga itu di bawah telapak kaki ibu, demikian sabda Nabi Muhammad SAW. Ini mengandung arti bahwa keberadaan ibu memegang peranan penting dalam pembinaan akhlak anak, ibu bisa mewarnai pribadi anak. Dengan kata lain, di tangan ibulah masa depan anak.

Lebih jauh, keluarga (orang tua) merupakan lngkungan pendidikan yang pertama dan utama. Berkaitan dengan pendidikan dalam keluarga, ada bulan yang sangat penting yang penuh rahmat, yaitu bulan Ramadan. Bulan untuk bisa beribadah lebih banyak dan lebih baik karena di bulan suci ini Allah menjanjikan pahala yang berlipat ganda dibandingkan dengan beribadah di luar bulan Ramadan.


Menghadapi Ramadan ini, biasanya para ibu punya pekerjaan tambahan. Bangun lebih awal dari biasanya, menyiapkan makan sahur buat seluruh anggota keluarga, sampai membangunkan anak untuk makan sahur. Dengan banyaknya kesibukan tersebut tidak membuat ibu berkeluh kesah, tetapi dihadapi dengan sabar sebagai ladang untuk beramal.

Mengingat pentingnya peranan ibu bagi anak maka pada bulan Ramadan ini merupakan momentum yang tepat untuk membina pribadi anak. Bulan puasa merupakan bulan latihan bagi anak, baik secara fisik maupun psikologis. Dengan latihan ini diharapkan anak menyadari apa yang harus dilakukan dan apa yang musti dihindari. Bagi ibu yang punya anak masih kecil, timbul pertanyaan: Bagaimana cara memperkenalkan dan melatih ibadah puasa pada anak?

Mengajak anak untuk berpuasa tidak gampang. Hal ini memerlukan upaya yang kuat serta penuh kesabaran. Mengenalkan dan melatih puasa sejak kecil pada anak perlu dilakukan secara bertahap. Misalnya, puasa sampai pukul 12.00 WIB lalu meningkat sampai pukul 13.00 WIB dan selanjutnya sampai tamat (magrib).
Tanamkan pada hati dan pikirannya bahwa puasa adalah salah satu kewajiban sebagai Muslim. Di sini anak perlu punya kesadaran akan kewajibannya. Dalam menanamkan kesadaran pada anak tentu harus disampaikan dengan bahasa sederhana yang disesuaikan dengan usia anak.

Pada diri anak perlu dipupuk niat yang kuat. Dengan niat yang kuat sangat membantu pelaksanaan puasa, selanjutnya ciptakan hal-hal yang dapat mendukung puasa menjadi lebih menarik. Misalnya, pada saat sahur dan berbuka puasa dengan menyediakan makanan kesukaan anak masing-masing dan ciptakan suasana ceria dan menyenangkan.

Ibu harus memberikan contoh atau teladan cara berpuasa yang baik. Berpuasa tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga harus memelihara panca indra sehingga puasanya berpahala. Orang tua yang tidak berpuasa (karena sakit atau haid) hendaknya tidak makan di depan anak yang sedang berpuasa.

Apabila anak mampu dan mau berpuasa, layak diberi hadiah. Hadiah tidak hanya berupa barang atau materi, tetapi bisa juga berupa pujian, acungan jempol atau sebuah pelukan hangat dari ayah atau ibu. Dengan adanya hadiah ini, anak akan ini akan merasa bahagia dan timbul rasa percaya dirinya untuk berpuasa lebih baik.

Dengan berpuasa akan berpengaruh langsung terhadap sikap mental anak. Anak dilatih kesabaran untuk menunggu/menangguhkan makan sampai saatnya berbuka puasa. Sabar dalam menghadapi keinginan yang belum terpenuhi atau terkabulkan oleh orang tuanya. Misalnya, anak diu-ji kesabarannya apabila belum punya baju dan sepatu untuk Lebaran.

Selain latihan kesabaran, anak dilatih kejujuran, khususnva jujur terhadap diri sendiri. Puasa merupakan ibadah yang bersifat pribadi. Artinya, yang tahu berpuasa atau tidaknya hanyalah anak sendiri dan Allah SWT. Kebiasaan jujur di bulan puasa seyogianya dapat diterapkan pada bulan-bulan berikutnya sebagai bulan peningkatan.

Melalui puasa, seorang ibu bisa menanamkan rasa peduli pada anak. Anak dapat merasakan apar orang yang tidak punya (miskin). Di luar bulan Ramadan, anak akan sulit merasakan bagaimana laparnya orang miskin. Dengan adanya rasa tenggang rasa, selanjutnva orang tua mengajarkan sikap sosial di antara sesama manusia. Misalnya, anak disuruh mengantarkan makanan untuk berbuka puasa kepada tetangga sebelah.

Hikmah lain yang dapat dipetik dari ibadah puasa, yaitu melatih anak bangun pagi. Dengan adanya makan sahur sebelum puasa, anak dituntut untuk bangun pagi lebih dini (sebelum subuh tiba). Dengan kebiasaan bangun pagi, anak tidak akan kesiangan berangkat ke sekolah, bisa sarapan pagi dan bisa belajardi waktu pagi hari.

Walaupun memang kita maklumi untuk membangunkan anak di waktu akan makan sahur relatif sulit, namun berkat kesabaran seorang ibu akhirnya anak mau bangun dan makan sahur hingga tubuh anak tetap sehat dan segar serta dapat pahala dari makan sahurnya. Dengan demikian, puasa merupakan sarana yang penting untuk pendidikan anak. Orang tua (ibu) dapat memanfaatkan bulan Ramadan sebagai bulan latihan bagi anak. Pada akhirnya anak menjadi orang yang saleh yang dapat mendoakan kedua orang tuanya. Amin! 

Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.

Posting Komentar untuk "Peran Ibu Dalam Melatih Anak Berpuasa"

Follow Berita/Artikel Jendela Informasi di Google News