iklan space 728x90px

Pecinta Batu Akik; Waspadai DBD dari Air Rendaman

Pecinta Batu Akik; Waspadai DBD dari Air Rendaman - Belakangan tren batu akik memang kembali digemari banyak masyarakat, baik membeli batu yang sudah diasah menjadi cincin maupun aksesori lain, maupun dalam bentuk bongkahan batu yang belum diasah. Semuanya itu tentu sah-sah saja. Bahkan di mal-mal ada sentra penjualan batu akik dengan berbagai jenis batu akik yang digemari.

Namun bagi penggemar batu akik harus waspada. Pasalnya, berdasarkan hasil penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI, bahwa rendaman air batu akik bisa menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti, penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).


Air Rendaman. Diungkapkan oleh Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP (K), DTM&H, MARS DTCE, Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, jentik-jentik nyamuk ditemukan pada kaleng, panci dan ember kecil tempat merendam batu akik. Jentik-jentik nyamuk yang ditemukan oleh peneliti Balitbangkes adalah jentik nyamuk Aedes aegypti yang dapat menularkan virus dengue dan menyebabkan penyakit DBD! Saat ini Balitbangkes Kementerian Kesehatan sedang melakukan penelitian soal resistensi insektisida di Gorontalo, Sulawesi untuk melihat pelaksanaan di lapangan. Sebelumnya juga dilakukan di Padang, Sumatera Barat. Untuk bisa melakukan uji resistensi, peneliti Balitbangkes melakukan kunjungan ke rumah-rumah penduduk untuk melihat apakah ada jentik atau tidak. Jika ada jentik maka diambil dan diperiksa di laboratorium.

Dari pengumpulan data di lapangan, ada empat temuan dari peneliti yang didapatkan. Keempat temuan ini perlu menjadi perhatian penting bersama, di antaranya: 
  1. Sekitar 30-50 persen rumah yang dikunjungi ada jentik nyamuknya sehingga kemungkinan terjadi DBD besar. Harusnya paling banyak hanya 10 persen rumah di suatu daerah yang. ada jentiknya. Tentu idealnya adalah 0 persen hingga tidak ada rumah yang ada jentiknya.
  2. Jentik nyamuk ditemukan di bawah tempat meletakkan gelas di dispenser. Air-air yang turun dari keran dispenser sebagian jatuh ke bawah alas dan didiamkan oleh pemiliknya. Dari situ bisa tumbuh jentik nyamuk /Aedes aegypti penular DBD. 
  3. Dari pembicaraan dengan pemilik rumah, banyak yang mengatakan mereka sudah mengosongkan bak secara berkala. Tetapi yang dilupakan adalah walaupun bak sudah kosong tetapi dinding bak sudah terlanjur ada telur nyamuknya. Bila bak diisi air kembali maka telur akan menetas dan menjadi nyamuk kembali. Artinya, tidak cukup hanya mengosongkan bak tetapi juga dinding bak harus disikat sehingga telur nyamuk hilang. 
  4. Di sebagian rumah ternyata ada kaleng, panci, maupun ember kecil yang dipakai untuk merendam bongkahan batu akik. Di sebagian besar rendaman batu akik ini peneliti menemukan jentik nyamuk aedes aegypti yang dapat menularkan virus dengue dan menyebabkan penyakit DBD. 
Rutin Diganti
Jentik nyamuk diduga muncul karena air rendaman batu akik tidak diganti hingga berhari-hari. Pada air rendaman batu akik yang tidak diganti berhari-hari ternyata jentik nyamuk ditemukan di sana. Jadi jika akan merendam batu akik agar batu akik terlihat "uratnya" maka air rendaman harus diganti setiap hari. Bahkan jika ingin lebih baik, air rendaman batu akik tersebut diganti dua kali sehari sehingga tidak menjadi tempat nyamuk berkembang biak. Jangan sampai "demam" batu akik kemudian malah menjadi penyebab terjadinya demam sungguhan akibat DBD.

Sebagai informasi, Balitbangkes akan mengumpulkan minimal 244.800 jentik nyamuk untuk seluruh propinsi di Indonesia. Lalu di beberapa laboratorium Balitbangkes di beberapa kota di Indonesia, Balitbangkes membiakkan jentik untuk menjadi nyamuk dewasa sampai turunan ke satu. Diperkirakan akan menjadi 12.240.000 telur nyamuk. Selanjutnya, bila diperlukan dapat dibiakkan sekali lagi menjadi turunan ke dua. Dengan demikian beberapa laboratorium Balitbangkes di berbagai kota dapat mempunyai stok hingga 600 juta telur nyamuk.

Stok telur nyamuk ini dapat digunakan untuk penelitian lanjutan pengendalian nyamuk bagi kesehatan. Seluruh laboratorium Balitbangkes sudah memenuhi persyaratan sebagai insektarium untuk pemeliharaan nyamuk. Sebagian nyamuk dan jentik ini kemudian akan diuji kepekaannya terhadap lima jenis insektisida yang biasa digunakan di Indonesia. Dari penelitian tersebut akan didapatkan insektisida mana yang resisten, sehingga artinya tidak digunakan lagi untuk pengendalian nyamuk di tanah air. Hasil akhir dari penelitian ini akan didapatkan pada akhir 2015 mendatang.
    Demam Berdarah Dengue
    Indonesia menduduki peringkat kedua penderita DBD setelah Brazil dan di Asia Tenggara sebagai kasus tertinggi penyakit DBD. Data Kementerian Kesehatan 2009-2011, jumlah kematian akibat DBD di Indonesia mencapai 1.125 kasus. Data Kementerian Kesehatan tahun 2013, jumlah penderita DBD di 31 propinsi mencapai 48.905 orang, di antaranya sebanyak 376 orang meninggal dunia.
      DBD adalah penyakit yang membuat penderitanya mengalami rasa nyeri yang luar biasa, seolah-olah terasa sakit hingga ke tulang. DBD disebabkan virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini biasanya berkembang biak di daerah berpenduduk tinggi seperti kota-kota besar, yang memiliki iklim lembab dan hangat.
      Gejala DBD terlihat pada 3-14 hari setelah masa inkubasi, yakni jarak waktu antara virus pertama masuk ke dalam tubuh sampai gejala pertama muncul. Sementara masa inkubasi berlangsung sekitar 4-7 hari. Biasanya diawali dengan demam tinggi dengan suhu mencapai 41 derajat Celcius. Gejala yang timbul adalah demam tinggi hingga mencapai suhu 41 derajat Celcius, tubuh menggigil, sakit kepala parah, muncul bintik merah pada kulit, sakit tenggorokan, hilang nafsu makan, nyeri pada perut dan mual-mual, wajah berwarna kemerahan, nyeri hebat pada otot punggung bawah, lengan hingga kaki, nyeri hebat pada tulang dan sendi, rasa sakit bagian belakang mata, hingga pendarahan tidak wajah seperti gusi berdarah, mimisan atau darah pada air seni.

      Jika timbul gejala seperti itu, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter. Jika segera diobati, gejala tersebut biasanya reda dalam waktu beberapa minggu. Sesudah mereda, biasanya pasien akan butuh waktu beberapa rninggu lagi untuk sembuh total. Umumnya penderita DBD akan merasa sangat lelah ketika gejala penyakit tersebut mereda.

      Jika ada gejala-gejala tersebut maka biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui apakah ada virus dengue di dalam tubuh. Tidak ada obat-obatan khusus untuk mengobati DBD, namun gejala penyakit ini bisa diatasi dengan meminum banyak cairan, istirahat, dan mengonsumsi parasetamol. Jika cara pengobatan tersebut diterapkan, biasanya DBD akan sembuh dalam waktu satu hingga dua minggu.

      Maman Malmsteen
      Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.

      Posting Komentar untuk "Pecinta Batu Akik; Waspadai DBD dari Air Rendaman"

      Follow Berita/Artikel Jendela Informasi di Google News