iklan space 728x90px

Obesitas Saat Hamil Picu Diabetes

Jendela Informasi - Berat badan mengalami kenaikan sepanjang kehamilan tentu saja harus. Meski demikian jangan terlena dan menjadikan kehamilan sebagai alasan untuk bebas mengonsumsi apa saja tanpa merasa perlu mengontrol berat badan. Karena bisa saja tanpa disadari, ibu hamil mengalami diabetes gestational.

Kehamilan akan mempengaruhi hormon-hormon tertentu, khususnya yang bersifat diabetogenik. Saat hamil, hormon progesteron perempuan meningkat sehingga bisa memicu produksi gula di dalam tubuh meningkat.

Ketika gula atau glukosa yang dibutuhkan oleh janin tersebut kadarnya terlalu banyak maka akan menyebabkan kadar gula darah dalam tubuh ibu sangat tinggi, begitu pun calon bayinya. Efeknya, glukosa di dalam tubuh meningkat, sehingga ibu hamil lebih rentan terkena diabetes gestational.

Setiap perempuan hamil hendaknya mawas diri dengan penyakit kelebihan gula ini, karena diabet gestational dapat menetap di dalam tubuh, meski pun sudah melahirkan. Utamanya, wanita hamil diatas usia 35 tahun. Oleh karena itu, pasangan yang merencanakan punyak anak, hendaknya memperhatikan berat badannya, karena perempuan dengan tubuh gemuk lebih besar kemungkinannya mengidap diabet gestational saat hamil. Calon ibu hamil yang berat badannya diatas rata-rata. Body Mass Index (BMI)-nya diatas 25 resikonya lebih besar.

Gaya Hidup
Kesehatan tak lepas dari gaya hidup seseorang, khususnya pola makan. Oleh sebab itu, pastikan jenis dan waktu makan yang proporsional, sehingga diabetes gestational bisa dicegah lebih awal. Perempuan dengan penyakit tertentu dan mengkonsumsi obat-obatan dalam jangka panjang, kemungkinan terkena diabet gestational saat hamil juga lebih besar. Apalagi jika ada riwayat keluarga yang mengidap diabet, harus hati-hati, hindari makanan yang bahyak mengandung karbohidrat, terutama nasi.

Akibatnya, ketika kadar gula di dalam tubuh tinggi, otomatis suplai glukosa dari ibu ke janin yang ada di dalam kandungannya juga meningkat, sehingga tubuh bayi menjadi besar dan beratnya bisa di atas 4 kilo. Akhirnya, saat melahirkan harus dibantu dengan operasi caesar. Atau bisa juga terjadi kelahiran yang prematur.

Kemudian preeklampsia, meningkatnya tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urin. Wanita hamil dengan preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Akibatnya, aliran darah ke janin terhambat, dan dapat berakibat fatal. Preeklampsia dapat berlanjut kepada eklampsia yang menyebabkan ibu hamil koma, bahkan kematian, baik sebelum, saat atau setelah melahirkan. 

Kedua makrosomia, kondisi bayinya nanti kalau lahirakan mengalami timbunan lemak di bagian bahu. Oleh karenanya, umumnya keadaan ini dokter menganjurkan operasi Caesar, karena lebar bahu bayi lebih besar dari diameter kepala.

Ketiga, hipoglikemia, gula darah bayi akan drop karena terbiasa kondisi saat hamil (di dalam kandungan) dimana glukosanya tinggi, begitu keluar dari rahim ibunya, glukosanya turun tajam karena tidak ada suplai grlukosa dari ibunya. Terakhir, tentunya calon bayi lebih besar kemungkinanya menjadi obesitas.

Diabetes gestational, seringa kali menyebabkan terjadinya diabet menetap. Setelah melahirkan lakukan screening sampai 6 minggu, kalau kadar gulanya masih tinggi dan menetap, tidak turun itu berarti diabetesnya menetap. Solusinya hanya satu, yaitu pencegahan di awal.

Sebaiknya kontrol berat badan saat merencanakan kehamilan, jangan sampai badan terlalu besar. Begitu hamil, sebenarnya harus di screening di cek Body Mass Index (BMI)-nya, pola makannya harus di kontrol agar terhihdar dari gestational diabet.

Hindari diabet gestional dengan mengkonsumsi makanan yang glikemiknya rendah dan tidak terlalu meningkatkan gula darah. Setelah di observasi kalau memang butuh terapi, berikan insulin. Setelah itu olahraga. Ibu hamil teknik olahraganya berbeda, tidak bisa seperti orang normal. Perempuan hamil, olahraganya hanya bagian atas, yaitu bagian dada. Karena ditakutkan memicu kontraksi jika tubuh bagian bawah terlalu banyak bergerak.

Kalau yang underweight malah porsi makannya harus ditambah. Bayinya tentu akan mengalami kurang gizi, nantinya. Pertama glukosa yang kirim, setelah itu kalau kekuarangan maka lemak yang ada di tubuh sang ibu juga dibongkar dan disalurkan ke bayi.

Efeknya, dia akan mengalami ketosis, sebuah kondisi di mana badan mengakumulasi keton di jaringan dan cairan tubuh. Tanda-tanda ketosis adalah mual, muntah, dan nyeri perut. Ketosis dapat menyebabkan ketoasidosis. Dalam jangka panjang bisa menyebabkan gangguan psikomotor yang bisa menyebabkan cacat pada bayi. Pertumbuhan janin tidak normal dan juga bisa menyebabkan kelahiran prematur.

Normalnya saat hamil, perempuan butuh tambahan sekitar 300 kilo kalori pada tri semester kedua dan tri semester tiga. Kalau sudah obesitas, harus dikontrol jangan sampai kegemukan karena takut nanti bayinya sulit bisa lahir.

Sebelum hamil, sebaikknya rajin pantau berat badan. Jangan lupa konsultasi pada bagian gizi. Hindari daging berpengawet, atau daging-daging yang sudah diolah. Biasanya garamnya tinggi, natriumnya tinngi. Biasanya naiknya berat badan lebih cepat.

Hindari makanan cepat saji dan juga kalengan karena kadar garamnya biasanya lebih tingggi. Namun pilihlah lemak yang poliunsterotit, seperti apokat yang rantai lemaknya lebih bagus. Kacang almond, ikan salmon dan lainnya. 

Limapuluh persen perempuan yang baru saja melahirkan berat badannya akan berkurang 5 - 7 kg dalam waktu 6 bulan pertama. Setelah itu, tidak akan berubah lagi tanpa usaha. Salah satu yang membatu berat badan adalah menyusui, memberikan sebagian energi tubuh pada bayi. Olahraga boleh dilakukan setelah 40 hari, namun harus yang ringan-ringan saja. Dengan syarat melahirkan dengan normal.

Tipsnya jika mau menurunkan berat badan dengan cepat dan benar, makan sedikit tapi sering. Seperti yang di ajarkan nabi Muhammad, makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum kenyang. Dalam sehari harus meluangkan waktu sekitar 6 x waktu makan, dengan pembagian porsi 3 jam.

Masalah terbesar yang sering dilakukan beberapa orang dalam mengatur pola makannya adalah sarapan, makan siang dan makan malam. Akibatnya, terjadi kenaikan dan penurunan kadar gula dalam yang cukup ekstreme.

Saat jeda antara waktu sarapan, kadar gula turun dan ketika makan siang yang porsinya cenderung banyak dan masih di tambah dengan minuman yang manis-manis dan dingin, otomatis gula naik secara spontan dan tajam.  

Kondisi gula darah yang naik turun dapat dirasakan dengan perubahan kondisi tubuh yang tampak pada mood yang tidak tetap, fokus seseorang cendrung berubah secara drastis.

Sumber:
www.ayahbunda.co.id
www.blogdokter.net
www.kamuskesehatan.com
Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.

Posting Komentar untuk "Obesitas Saat Hamil Picu Diabetes"

Follow Berita/Artikel Jendela Informasi di Google News