iklan space 728x90px

Kanker Nasofaring, Kenali Penyebab, Gejala dan Cara Penanganannya

Jendela Informasi - Di antara keganasan kanker pada sektor telinga hidung dan tenggorokan (THT), kanker pada nasofaring (disebut juga ca-nasofaring) masih menempati posisi teratas. Di bawahnya, ada kasus tumor sinonasal serta tumor laring yang kasusnya sering ditemukan di masyarakat.

Nasofaring merupakan rongga yang ada di belakang hidung, menjadi penyambung antara telinga, hidung dan tenggorokan. Penyebab terbanyak terjadinya kanker pada rongga nasofaring antara lain diakibatkan oleh gangguan genetik yang diturunkan.

Cikal bakal gen kanker yang terdapat pada tubuh seseorang akan menjadi aktif jika terpapar oleh gangguan dari luar seperti faktor sanitasi lingkungan, pola hidup kurang sehat, perilaku merokok, serta tingginya polusi udara.


Pada Kanker nasofaring, penyebab yang paling khas karena gen kanker tercetus oleh infeksi dari Epstein barr Virus (EBV). Virus ini mampu bersembunyi dalam sel dan jaringan tubuh seperti pada rongga nasofaring. Ia akan bereaksi dengan senyawa lain seperti zat karsinogen bernama nitrosamin. Reaksi virus EBV dan nitrosamin inilah yang kemudian dapat menyebabkan kanker nasofaring.

Gen sel kanker juga dapat tercetus melalui pola makan yang tidak baik. Terutama jika sering mengonsumsi makanan yang mengandung pengawet. Salah satu zat pengawet adalah nitrosamin, seperti terdapat pada ikan asin, asinan, atau makanan instan (terutama jenis daging).

Karena letaknya yang tersembunyi dan tidak terlihat langsung, kepedulian masyarakat terhadap kanker jenis ini masih rendah. Sebagian besar pasien kanker nasofaring baru terdeteksi saat sudah berada pada stadium lanjut. Kanker nasofaring baru menimbulkan gejala yang hebat setelah stadium lanjut. 

Saat masih stadium awal, gejala yang dirasakan masih saru dengan penyakit lain. Banyak yang hanya menganggap flu atau sakit kepala biasa. Karena tak kunjung sembuh dan sakitnya semakin hebat mereka baru memeriksa dengan seksama. Itu pun tak langsung ke spesialis THT, karena biasanya akan berputar dulu ke bagian lain baru ke THT.

Beberapa gejala pada penderita kanker nasofaring antara lain mengalami gangguan pendengaran karena salah satu saluran di telinganya, tubaeustachius, terganggu oleh sel kanker. Gejala lainnya adalah flu yang sulit sembuh dan bahkan bisa menahun sehingga kanker nasofaring kerap dianggap sebagai reaksi alergi, bahkan sinusitis (peradangan pada dinding sinus).

Meski demikian, ada beberapa gejala yang cukup khas, misalnya sering mimisan, atau muncul benjolan di leher kanan atau kiri. Benjolan ini merupakan kelenjar getah bening yang kemungkinan besar tengah berusaha melawan sel kanker.

Jika tanker nasofaring sudah parah, gejala yang terasa bisa membuat nyeri kepala yang juga sering disangka migrain. Malah bisa juga menyebabkan pandangan menjadi ganda karena ekstensi tumor masuk ke otak dan menyebabkan kelumpuhan saraf bola mata.

Menegakkan diagnosis pasien yang menderita kartker nasofaring melalui beberapa tahap. Setelah tahap wawancara dan ditemukan kecurigaan setelah pemeriksaan fisik THT, maka dokter bisa melakukan endoskopi dengan menggunakan alat Rhinolaringo Fiber Optic (RLFO).

Alat tersebut mampu masuk dan menelusuri rongga nasofaring hingga pita suara. Ia juga mampu memberikan gambaran real time yang terlihat pada layar. Jika ditemukan permukaan nasofaring yang tidak rata (terdapat benjolan-benjolan kecil), berwarna kemerahan, terdapat jaringan yang nekrotik (mati), serta bersifat rapuh dan gampang berdarah, dugaan dokter akan terbentuknya sel kanker dapat diteruskan dengan pemeriksaan biopsi.

Biopsi adalah pengangkatan jaringan yang dicurigai. Setelah itu, akan dilakukan uji histopatologis jika dipastikan sel kariker. Pada uji ini juga akan diketahui stoging kanker dan bisa menjadi target terapi, Itu sudah jadi gold standar penerapan diagnosis untuk kanker nasofaring. Untuk lebih meyakinkan bisa juga dilakukan pemeriksaan melalui CT Scan, USG, atau thorax.

Jika ingin menghindari biopsi, bisa dilakukan pemeriksaan menggunakan alat narrow band imaging (NBI). Alat yang memanfaatkan gelombang cahaya pendek ini banyak digunakan untuk memeriksa saluran cerna namun sudah mulai diaplikasikan untuk saluran napas atas.

Keunggulan NBI adalah lebih superfisial sehingga mampu melihat pola pembuluh darah yang bermasalah sehingga dapat menguatkan dugaan pada pemeriksaan sebelumnya. Diagnosis berdasarkan NBI juga dapat menghindari biopsi yang tidak perlu.

Pada kasus kanker, sangat diharapkan bisa terdeteksi sejak dini. Karena bisa membuat kemungkinan pulih lebih besar. Ini juga terjadi pada kasus kanker nasofaring. Meski sulit mendeteksinya karena lokasinya yang tak kasat mata, ada beberapa panduan agar seseorang bisa segera memeriksakan diri  ke dokter THT, yakni jika menderita pilek yang tak kunjung sembuh. Apalagi jika pada lingkungan keluarga terdapat pasien kanker. 

Tingkat kesembuhan kanker nasofaring untuk stadium 1-2 cukup tinggi bisa mencapai 60%, namun pada stadium lanjut bisa di bawah 20%. Untuk menangani kanker nasofaring hanya ada dua pilihan yakni radiasi (untuk stadium awal), serta kemoradiasi (stadium lanjut).

Tidak ada pilihan pembedahan karena letaknya yang berdekatan dengan struktur penting tubuh, yaitu dasar otak (basis cranial). Jika pun dilakukan pembedahan biasanya karena kasus yang kambuh (berulang). Itu pun kemungkinan suksesnya masih rendah.

Di negara lain ada pilihan penanganan lain untuk kanker nasofaring, yaitu foto dinamik terapi. Pasien akan disuntik zat dari obat khusus yang lalu ditembak oleh sinar agar dapat aktif memberantas sel kanker. Metode ini sangat lokal di nasofaring sehingga dianggap lebih akurat.

Hidup sehat dan melakukan pola makan yang baik menjadi hal penting untuk mencegah timbulnya kanker. Untuk terhindar dari kanker nasofaring, menghindari dan membatasi konsumsi makanan instan akan jauh lebih baik untuk tubuh. [Sumber: Eva Fahas/PRM/03092017]

Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.

Posting Komentar untuk "Kanker Nasofaring, Kenali Penyebab, Gejala dan Cara Penanganannya"

Follow Berita/Artikel Jendela Informasi di Google News