iklan space 728x90px

Cara Memahami Puisi dengan Tepat

Jendela Informasi - Puisi adalah bentuk kesusastraan yang paling tua. Tradisi berpuisi sudah merupakan tradisi kuno dalam masyarakat. Puisi yang paling tua adalah mantra. Sejak kelahirannya, puisi memang sudah menunjukkan ciri-ciri khas seperti yang kita kenal sekarang. Meskipun puisi telah mengalami perkembangan dan perubahan tahun demi tahun.

Kenyataan sejarah yang melatarbelakangi proses penciptaan puisi mempunyai peranan yang penting dalam memberikan makna puisi itu. Puisi seringkali memotret zaman tertentu dan menjadi refleksi zaman tertentu pula. Kaidah estetika yang digunakan penyair biasanya selaras dengan kaidah estetika zaman tertentu. Penafsiran pasti yang mengacu pada kenyataan sejarah akan lebih konkret dan mendekati maksud penyair yang sebenarnya. Di samping itu, kita juga berusaha memberikan nilai sebuah puisi sesuai dengan zaman terciptanya puisi itu, sesuai dengan norma estetika yang berlaku pada masa tersebut.


Dunia telah diperindah dengan adanya puisi. Puisi tidak hanya dipergunakan untuk penulisan karya-karya besar, namun ternyata puisi juga sangat erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk karya sastra puisi memang dikonsep oleh penulis atau penciptanya sebagai puisi dan bukan bentuk prosa yang kemudian dipuisikan. Konsep pemikiran pencipta sesuai dengan bentuk yang terungkapkan sejak di dalam konsepnya. Seorang penyair telah mengkonsentrasikan gagasannya untuk melahirkan puisi. Penyair bukan memulai karyanya dengan konsep prosa perencanaan konsep dasar penciptaan puisi sudah sejak dalam pikiranrvya. Hal ini juga berakibat bahwa seorang penyair belum tentu mampu menjadi pengarang prosa. Belum tentu mampu menjadi penyair.

Definisi puisi sulit diberikan. Untuk memahami puisi biasanya diberikan ciri-ciri karakteristik puisi dan unsur-unsur yang membedakan puisi dari karya sastra yang lainnya. Dari segi bentuk pengucapan batinnya, puisi juga berbeda dari prosa dan drama. Ada saat-saat tertentu yang memungkinkan ketepatan pengucapan batin dengan puisi, ada saat lain yang menuntut pengucapan batin dalam drama atau prosa. Pikiran dan perasaan tertentu hanya dapat diungkapkan dengan wujud prosa dan drama, namun pikiran dan perasaan lainnya hanya dapat diungkapkan dalam wajud puisi.

Dalam usaha memahami puisi, banyak puisi yang mampu bicara sendiri. Dalam keadaan demikian, usaha pemahaman puisi tidak memerlukan acuan faktor di luar puisi tersebut. Dalam hal demikian, pendekatan obyektif dapat digunakan dengan baik untuk memahami puisi-puisi besar yang sudah sangat terkenal, pendekatan obyektif memang dapat digunakan, tanpa mengacu pendekatan lain. Akan tetapi dalam puisi-puisi yang gelap atau puisi-puisi yang bersifat khas. Usaha pemahaman puisi tidak dapat memencilkan puisi sebagai suatu karya yang bersifat otonom. Faktor dari luar puisi itu sendiri harus turut dijadikan acuan pemahaman. Menghadapi puisi-puisi yang sukar dan belum termashur dianjurkan untuk mengiktusertakan faktor genetik puisi sebagai sumber acuan untuk menelaah makna puisi. Faktor genetik puisi itu meliputi penyair dan kenyataan sejarah yang melatarbelakangi proses penulisan puisi tersebut. Puisi yang sukar dan gelap dapat ditafsirkan maknanya dengan lebih mudah jika kita mampu memahami faktor genetiknya.

Setiap puisi pasti berhubungan dengan penyair, karena puisi diciptakan dengan mengungkapkan diri penyair sendiri. Puisi memberikan tema, nada, perasaan dan amanat. Rahasia di balik majas, diksi, imaji, kata konkret dan verifikasi akan dapat ditafsirkan dengan tepat jika kita berusaha memahami rahasia penyairnya.

Ada suasana tertentu di saat seseorang dituntut untuk berpuisi dan saat lain di mana seseorang dituntut untuk berprosa. Tuntutan pengucapan itu juga turut memberi warna kodrat prosa dan puisi. Puisi diciptakan dalam suasana perasaan yang intens yang menuntut pengucapan jiwa yang spontan dan padat. Dalam puisi berbicara tentang jiwanya sendiri. Artinya mengungkapkan dirinya sendiri. Di dalam prosa, pengarang tidak membicarakan dirinya sendiri, tapi di dalam prosa, kita lihat berbicara tentang kisah orang lain, atau tentang dunia.

Jika kita menghadapi sebuah puisi kita tidak hanya berhadapan dengan unsur kebahasaan yang meliputi serangkaian kata-kata indah, namun juga merupakan kesatuan bentuk pemikiran atau struktur makna yang hendak diucapkan oleh penyair. Pada pokoknya puisi dibangun oleh dua unsur pokok yakni struktur fisik yang berupa bahasa yang digunakan dan struktur batin dan struktur makna, yakni pikiran dan perasaan yang diungkapkan oleh penyair. Kedua unsur itu merupakan kesatuan yang saling berkaitan secara fungsional. Penyair mempunyai maksud tertentu, mengapa baris-barisnya dan bait-baitnya disusun sedemikian rupa? Mengapa digunakan kata-kata, lambang, kiasan dan sebagainya? Semua yang ditampilkan oleh penyair mempunyai makna, bahkan karena yang digunakan adalah kata-kata yang dikonsentrasikan yang dipadatkan, maka semua yang diungkapkan oleh penyair harus bermakna. Tidak boleh mengungkapkan sesuatu yang mubazir.

Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.

Posting Komentar untuk "Cara Memahami Puisi dengan Tepat"

Follow Berita/Artikel Jendela Informasi di Google News