iklan space 728x90px

Cara Menjaga Kesehatan Kulit Selama Kemarau

Jendela Informasi - Indonesia memasuki musim kemarau. Prakiraan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa musim kemarau 2019 akan berlangsung lebih lama dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Tahun ini kemarau akan lebih lama satu hingga tiga bulan dibandingkan dengan 2018. Puncaknya diperkirakan Agustus 2019. Dan Oktober mendatang, diprediksikan mulai musim hujan.

Selama kemarau, suhu di beberapa daerah di Indonesia seperti Pulau Jawa justru mendapat udara dingin. Fenomena itu disebabkan berembusnya angin mason timur-tenggara. Angin itu membawa massa udara dari Australia yang bersifat kering dan dingin.

Suhu dingin tersebut terjadi karena pada musim kemarau bumi cenderung cerah dan tak berawan. Kondisi cuaca seperti ini juga membawa dampak pada kesehatan. Penyakit seperti flu dan gangguan pernapasan mungkin saja terjadi. Selain itu, dampak paling terasa terkait kemarau adalah pada kesehatan kulit.

Kemarau yang kering sangat berpengaruh pada kelembapan kulit. Beberapa gangguan pada kulit juga penyakit yang terjadi pada kulit sebaiknya diwaspadai. Saat kemarau kulit cenderung kering. Apalagi jika ada basic alergi atau penyakit sistemik lain seperti penyakit ginjal atau hepar akan membuat kulit bertambah kering. Juga jika memiliki gangguan kulit seperti atopik atau sering kita dengar eksim susu.

Gangguan lain pada kulit kering adalah rasa gatal. Ini akan menjadi "lingkaran setan". Karena jika kulit kering, orang spontan menggaruk dan jika digaruk akan tambah kering dan tambah gatal.

Jika terus terjadi bisa menimbulkan iritasi. Misalnya, abrasi atau lecet. Lebih parah lagi, kulit bisa mengalami infeksi dan malah menimbulkan penyakit lain.

Ada satu cara untuk mengakali rasa gatal, yaitu dengan menyiasati cara kerja otak. Saat gatal, alihkan garukan kepada telapak tangan yang cenderung lebih aman saat digaruk. Hal itu akan menimbulkan sinyal palsu ke otak yang menganggapnya daerah yang terasa gatal sudah digaruk.

Cara itu bisa dilakukan terutama pada penderita eksim kering atau acrodermatitis. Penyakit tersebut menimbulkan rasa gatal yang sekali saja digaruk akan terus menimbulkan rasa gatal. Terlebih jika ditambah dengan banyak pikiran alias stres.

Pada prinsipnya kulit tidak boleh kering alias kelembapannya harus senantiasa dijaga. Saat kemarau, upaya kita untuk menjaga kelembapan kulit sebaiknya menjadi ekstra. 

Beberapa cara untuk menjaga kelembapan kulit adalah dengan mandi dua kali sehari. Jika kulit masih terasa kering, bisa menjadi tiga kali sehari, terutama sebelum tidur malam. Meski demikian, saat mandi tidak boleh terlalu lama. Idealnya, sekitar lima menit. Semakin lama mandi, kelembapan kulit semakin berkurang. Apalagi jika mandi atau berendam menggunakan air panas.

Saat berendam atau mandi dengan air panas, pada kulit terjadi penguapan. Cadangan air yang tersimpan dalam kulit akan menguap. Padahal, seharusnya ada kadar air yang senantiasa di dalam kulit agar tetap lembap dan sehat. 

Selain itu, saat mandi sebaiknya tidak menggunakan sabun antiseptik (antikuman/antibakteri). Itu karena sabun yang memiliki kandungan tersebut akan membuat kulit semakin kering. Sebaiknya, pilih sabun khusus dengan kandungan pelembap tinggi. Kecuali saat kita habis beraktivitas di bawah sinar matahari yang menyebabkan tubuh kotor dan berkeringat, bisa pakai sabun antiseptik.

Setelah mandi, disarankan untuk memakai pelembap ke seluruh tubuh. Diamkan sebentar hingga menyerap sebelum mengenakan pakaian.

Upaya lain untuk menjaga kelembapan kulit saat kemarau adalah memperhatikan asupan nutrisi. Beberapa caranya ialah dengan banyak minum air putih. Pilih makanan dengan kandungan serat tinggi seperti buah dan sayuran. Nyaris seluruh buah-buahan baik dikonsumsi lebih banyak saat kemarau, apalagi buah yang lebih banyak mengandung air.

Pelembap Alami

Beberapa jenis pelembap alami bisa dipilih masyarakat untuk mengatasi kulit kering. Agar senantiasa lembap beberapa pelembap alami berikut ini bisa jadi solusi. Misalnya minyak keletik (kelapa), minyak zaitun, biji bunga matahari, atau lidah buaya. Jenis-jenis pelembap tersebut sangat mudah didapat di masyarakat.

Dikutip dari laman klikdokter, secara spesifik bagi pemilik kulit kering disarankan menggunakan pelembab yang bertekstur lebih berat dan berbahan dasar minyak. Jika kulit berminyak atau normal, pilihlah pelembap yang ringan dan berbahan dasar air. Untuk kulit sensitif pilih pelembap yang menenangkan kulit, misalnya yang mengandung aloe vera (lidah buaya).

Lima Gangguan Kesehatan pada Kulit

Kulit yang kelembapannya minim bisa menimbulkan masalah. Dilansir dari laman klikdokter, lima gangguan berikut sebaiknya diantisipasi dengan mengupayakan kulit selalu lembap.

Pertama adalah gangguan jerawat. Saat kemarau, tubuh mengeluarkan keringat berlebih untuk menjaga keseimbangan temperatur tubuh. Kondisi itu memicu kelenjar minyak atau kelenjar sebasea untuk memproduksi minyak berlebih. Minyak yang berlebih, kotoran, polusi, dan bakteri dapat menyumbat pori-pori dan rentan terjadi jerawat.

Kedua, kulit kering dan iritasi. Salah satu pemicunya adalah eksposur berlebih sinar matahari, paparan air kolam renang yang mengandung kaporit, dan AC pendingin ruangan.

Ketiga adalah infeksi jamur. Kelembapan udara yang tinggi serta sering berkeringat membuat rentan kulit mengalami infeksi jamur di kulit terutama di selangkangan, kaki, lipatan paha, dan sebagainya. Infeksi jamur rentan dialami oleh wanita dan mereka yang mengalami obesitas.

Keempat, dermatitis kontak. Banyak orang memanfaatkan cuaca yang cerah dengan beraktivitas di luar ruangan. Mulai dari berkebun, bermain di lapangan, camping, hiking, atau sekadar bersantai di taman. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat membuat mengalami dermatitis kontak. Kondisi itu dapat terjadi ketika Anda bersinggungan dengan alergen (zat atau bahan tertentu yang memicu reaksi alergi) seperti tanaman, bahan kimia tertentu, dan sebagainya.

Terakhir adalah gigitan serangga. Gejala yang timbul akibat gigitan serangga biasanya gatal, kemerahan dan bengkak pada area gigitan. [Maman Soleman/Eva Fahas/30/06/2019]


Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.
Follow Berita/Artikel Jendela Informasi di Google News