iklan space 728x90px

Mengenal Sisi Lain Dalam Berziarah Kubur

Berbagai kebiasaan dilaksanakan masyarakat dalam menghadapi Ramadan maupun Idulfitri. Ini terkait dengan sunah Rasulullah yang menganjurkan umat Islam untuk meningkatkan serta melipatgandakan ibadahnya di bulan suci ini. Ibadah yang dilaksanakan tidak hanya yang menyangkut dirinya tapi juga menyangkut orang-orang yang berada di sekitarnya. Salah satu kebiasaan yang banyak dilakukan masyarakat kita adalah berziarah kubur.

Ziarah dilaksanakan ke makam-makam orang yang dituakan, misalnya ke makam orang tua, nenek, kakek, atau orang lain yang dianggap sesepuh oleh mereka. Tujuannya tentu saja untuk mendoakan mereka agar mendapat tempat di sisi-Nya serta mendapat berkah bulan Ramadan. Kebiasaan berziarah ini sudah dimulai sejak beberapa hari menjelang Ramadan datang hingga beberapa hari setelah Idulfitri.


Kebiasaan masyarakat berziarah membawa nilai ekonomis yang besar bagi sebagian masyarakat lain. Kebiasaan yang banyak dilaksanakan sebagian besar masyarakat kita dimanfaatkan oleh segolongan orang untuk mendapatkan penghasilan tambahan sebagai berkah ekstra selama Ramadan. Sebagai contoh muncul para pedagang bunga tabur musiman yang berjejer di sepanjang taman pemakaman. Mereka menjual bunga tabur mulai dari harga Rp 1.000/bungkus hingga harga Rp 10.000/bungkus.

Mereka umumnya mendapatkan bunga dari halaman sekitar rumah atau dipasok oleh para pemilik modal/pengusaha. Selain menjual bunga tabur mereka menjual air putih yang biasanya dipakai para peziarah untuk membasahi kuburan dan makam. 

Selain para penjual bunga, di sekitar pemakaman banyak pula ditemui para pembaca doa. Mereka menyediakan jasa untuk mendoakan makam yang biasanya menghampirinya dan langsung dikunjungi dengan bayaran tidak dipatok.

Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk beribadah lebih giat dimanfaatkan pula oleh para pembersih makam dan peminta-minta. Jumlah mereka akan bertambah berkali-kali lipat muncul di sekitar pemakaman di bulan Ramadan. Bermodal sapu lidi atau sebuah arit, para pembersih makam menyebar di sekitar pemakaman. Begitu melihat orang mendekati sebuah makam, kontan mereka akan menghampirinya dan langsung membersihkan makam yang dimaksud.

Sebuah makam akan didatangi paling tidak tiga hingga lima orang pembersih makam. Bagitu pula dengan para peminta-minta mulai dari anak-anak hingga orang tua, mereka akan langsung mendatangi para peziarah. Tidak sungkan-sungkan mereka akan meminta "sedekah" dari para peziarah. Dan yang tidak menyenangkan adalah karena mereka akan tetap mengikuti kemanapun para peziarah berjalan hingga mendapatkan uang sedekah yang diinginkan.

Terlepas dari apakah kemunculan mereka mengganggu atau tidak terhadap kekusyukan para peziarah dalam berdoa, namun kehadiran mereka menjadi sebuah pemandangan yang lain selama Ramadan. Kemunculan mereka tidak menyurutkan para peziarah untuk mendatangi makam para leluhurnya. Karena nilai religi dan ibadah yang ingin diperoleh lebih tinggi dibandingkan sekedar gangguan dari mereka. Keinginan untuk mendoakan orang tua, memperkenalkan makam leluhur pada anak cucu lebih penting dari sekedar memperdulikan kehadiran mereka.

Bagi yang merasa terganggu tidak segan-segan untuk meminta mereka untuk memberi ruang yang cukup untuk berdoa. Sedangkan yang tidak, akan membiarkan dan berlaku tidak peduli terhadap kehadiran mereka. Namun sudah barang tentu jika kehadiran mereka lebih ditertibkan dengan membatasi ruang geraknya, paling tidak privasi seseorang dalam menjalankan ibadah akan semakin terjaga.
Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.

Posting Komentar untuk "Mengenal Sisi Lain Dalam Berziarah Kubur"

Follow Berita/Artikel Jendela Informasi di Google News