iklan space 728x90px

Sang Kiai, Film Kisah Ulama KH Hasyim Asy'ari

Sang Kiai, Film Kisah Ulama KH Hasyim Asy'ari - Tak mudah membuat film bertema pahlawan yang menghadirkan setting perang dan perjuangan. Segala detail produksi wajib diperhatikan jika memang ingin menghadirkan film yang tak tanggung dan apik dari segi artistik serta spesial efek.  Di industri sinema Indonesia, film kolosal bertema perang dan kepahlawanan telah banyak dibuat.  Pada era 1980-an sebut saja “Naga Bonar” (1987) dan “Tjoet Nja’ Dhien” (1988).  Kemudian memasuki era 2000-an ketika film Indonesia kembali menggeliat, publik film disuguhi Trilogi Merdeka yang terdiri dari “Merah Putih” (2009), “Darah Garuda” (2010), serta “Hati Merdeka” (2011).  Selain itu ada pula “Soegija” (2012) yang merupakan film bertema perjuangan yang mengangkat biopic seseorang.

Pada 2013 melalui rumah produksi Rapi Film, sutradara Rako  Prijanto menghadirkan “Sang Kiai”.  Film yang mulai tayang Kamis 30 Mei 2013 tersebut mengangkat biopic KH Hasyim Asy’ari, salah seorang pendiri dan tokoh penting Nahdlatul Ulama.  Pada film berdurasi 135 menit itu, Rako mengambil secuil perjalanan KH Hasyim Asy’ari yaitu dari tahun 1942 sampai 1947 sebagai bagian dari perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Melalui film “Sang Kiai”, Rako sebagai sutradara ingin menghadirkan film yang memiliki unsur edukasi, hiburan, estetika, dan ekslusif.  Secara keseluruhan, empat misi Rako untuk film Sang Kiai tercapai.

Dari sisi edukasi dan hiburan, film “Sang Kiai” memuat salah satu catatan sejarah Indonesia yang mungkin terlupakan atau tidak diketahui.  Selain itu, film ini juga menampilkan unsur  romantisme melalui hubungan KH Hasyim Asy’ari dan istrinya, dan tokoh Harun dengan santriwati di pesantren yang dipimpin Hasyim Asy’ari.  Sisi ekslusif ditampilkan Rako karena “Sang Kiai” adalah film Indonesia pertama yang mengangkat penokohan KH Hasyim Asy’ari.

Seperti yang sudah disebutkan, membuat film perang dengan setting zaman dulu tidaklah mudah.  Namun, “Sang Kiai” sukses menjawab tantangan tersebut.  Departemen artistik yang digarap Frans XR Paat sukses menghadirkan setting Indonesia tahun 1942 sampai 1947 dengan sempurna.  Selain kesempurnaan setting, departemen spesial efek yang menghidupkan adegan perang juga digarap serius.

Yang patut diperhatikan dan diacungi jempol juga adalah akting aktor Ikranagara yang menjadi KH Hasyim Asy’ari.  Anda yang mungkin tidak mengenal atau mengetahui sosok Hasyim Asy’ari, setelah menonton tidak salah jika akan mengidentifikasikan Hasyim Asy’ari dengan Ikranagara.  Aktor itu bermain apik dan sukses menghidupkan Hasyim Asy’ari yang merupakan kakek Gus Dur (Abdurrahman Wahid) tersebut.

Kepiawaian akting Ikranagara diimbangi kehadiran para aktor muda seperti Agus Kuncoro, Adipati Dolken, Dimas Aditya, Ernestan Samudera, dan Dimas Shinada yang mendukung cerita “Sang Kiai”.  Belum lagi kehadiran Christine Hakim yang membuat Sang Kiai makin memiliki alasan kuat menjadi salah satu film yang pantas untuk ditonton tahun ini.
Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.
Follow Berita/Artikel Jendela Informasi di Google News