iklan space 728x90px

Untung Besar Dari Budidaya Jeruk Seedless (Tanpa Biji)

Varian tanaman buah semakin berkembang, jika biasanya buah mengandung biji, kini mulai banyak diminati buah non biji (seedless). Salah satu jenis tanaman buah non biji yang keberadaannya mulai dilirik oleh pembudidaya tanaman buah adalah jeruk tanpa biji. Ada beberapa jenis jeruk tanpa biji yang tengah naik daun. Peluang pasarnya juga masih terbuka lebar karena pelakunya masih sedikit, yaitu Jeruk Nipis Jumbo asal Thailand dan Jeruk Bali Madu. Seperti apa istimewanya dan sejauh mana peluangnya?

Jeruk merupakan buah yang sangat populer di seluruh belahan dunia, termasuk di Indonesia. Dalam perkembangannya, varian buah yang sarat vitamin C ini semakin beragam. Kini sedang tren varian jeruk tanpa biji atau seedless. Ya, jeruk-jeruk tanpa biji tersebut sangat diminati penikmat buah lantaran mudah dikonsumsi tanpa harus direpotkan dengan biji di dalam daging buah.

Varian jeruk tanpa biji yang diminati konsumen saat ini adalah Jeruk Nipis Jumbo Thailand (Citrus aurantifolia) dan Jeruk Bali Madu Tanpa Biji (Citrus maxima/Citrus grandis) atau familiar disebut Jeruk Bageng Madu. Asal usul Jeruk Nipis Tanpa Biji ini semula berkembang di kota Purwokerto, Jawa Tengah, sedangkan Jeruk Bali Madu tanpa biji berkembang di daerah Pati, Jawa Tengah.

Jeruk Bali tak hanya dikenal di Indonesia. Di negara lain, Jeruk Bali ini punya nama lain. Misalnya di Filipina, penduduk setempat menyebutnya Suha atau Lukban. Sedangkan penduduk Thailand menyebutnya Som-oh. Di Bangladesh, Jeruk Jumbo ini dijuluki Jambura, dan masyarakat China mengenalnya sebagai Youzi. Dibandingkan dengan jeruk lainnya, jeruk besar yang banyak dibudidaya para petani asal lereng Gunung Muria Jawa Tengah ini sungguh berbeda. Karena rasanya manis dan tidak getir, banyak mengandung air dan empuk tanpa ampas di mulut dengan warna daging buah kemerah-merahan. Kulit jeruk setebal 2 cm sehingga gigitan lalat buah tak menembus daging buah. Karena kelebihan itulah maka Jeruk Bali Madu Tanpa Biji layak sejajar dengan varietas unggul buah kebanggaan nasional lain.

Jeruk Nipis Jumbo Thailand juga memiliki keunggulan tersendiri. Bentuk dan warna daun jeruk serta buah sangat berbeda dengan jeruk nipis yang berbiji. Daunnya lebih bulat namun meruncing di bagian atas dengan tepian daun bergerigi lebih tajam. Warna daun dan buah lebih muda dan terang. Percabangannya sangat rapat dengan buah yang sangat lebat. Selain kaya vitamin dan mineral, Jeruk Nipis Jumbo Thailand non biji juga mengandung zat bioflanid, asam sitrat, dan minyak atsiri limonen.

Prospek dan Persaingan
Varian jeruk tanpa biji belum banyak dikenal masyarakat umum. Persepsi masyarakat sekarang justru menilai jeruk bukan dari keberadaan biji atau tidak, melainkan masih sebatas pada warna kulit jeruk itu sendiri. Prospek jeruk tanpa biji masih sangat terbuka lebar. Pasalnya jeruk-jeruk ini belum begitu banyak dikenal masyarakat. Pembudidayanya pun masih sedikit. Kebanyakan masyarakat membudidayakan jenis jeruk seperti Jeruk Keprok dan Jeruk Siam. Jadi peluang budidaya jeruk tanpa biji ini masih besar.

Pembudidaya Jeruk Nipis Jumbo Thailand asal Malang Jawa Timur,Teguh Pamuji mengakui bahwa usaha pembibitan tanaman buah masih terbuka dan sangat bagus ke depannya dengan persaingan belum ketat. Jumlah para pelaku usaha ini masih kurang dibandingkan besarnya permintaan bibit tanaman, terutama tanaman buah. Adapun strategi persaingan Teguh antara lain mengutamakan keaslian/kemurnian bibit, melakukan inovasi, dan kejujuran serta keuletan dalam mengambil peluang.

Ciri Bibit
Bibit merupakan cikal bakal tanaman yang sangat menentukan tingkat keberhasilan usaha ini. Penggunaan bibit yang bermutu memberikan peluang untuk keberhasilan budidaya jeruk. Kesalahan dalam pemilihan bibit, dampaknya akan terlihat selang beberapa waktu.

Syarat bibit jeruk yang baik antara lain tidak mengandung penyakit atau bebas penyakit naga kuning yang dikenal dengan CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration), berasal dari penangkaran yang dikontrol oleh petugas BPSB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih) di tiap provinsi dan mata tunas (entres) berasal dari BPMT (Blok Penggandaan Mata Tempel) jeruk yang dikelola oleh Dinas Pertanian Provinsi setempat atau penangkar bibit, pertumbuhan visualnya baik dan subur serta sehat, berasal dari batang atas yang mempunyai produksi tinggi dan batang bawah dengan perakaran luas dan kuat.

Pembibitan Jeruk Nipis Jumbo Thailand dapat dilakukan pada ketinggian 500-700 m dpi (di atas permukaan laut) dengan suhu udara berkisar 32-37 derajat Celcius pada siang hari dan 20-25 derajat Celcius pada malam hari. Sedangkan Jeruk Bali Madu Tanpa Biji menurut Sobir cocokdibudidayakan di dataran rendah.Tanah yang potensial untuk ditanami Jeruk Bali Madu ini adalah tanah yang sedikit berpasir dan tidak terlalu basah/becek, yang paling penting tanah tersebut cukup air dan pupuk kandang. Jeruk Bali Madu ini termasuk jenis' yang mampu beradaptasi dengan baik pada daerah kering dan relatif tahan penyakit, terutama CVPD yang pernah menghancurkan pertanaman jeruk di Indonesia.

Cara perbanyakan bibit Jeruk Nipis Jumbo Thailand tanpa biji umumnya menggunakan okulasi. Syarat okulasi jeruk nipis tanpa biji yang baik antara lain adalah ukuran batang jeruk nipis yang digunakan untuk okulasi kurang lebih berdiameter 1 cm dan harus dalam keadaan benar- benar sehat, kondisi batang bawah harus bebas penyakit ataupun jamur, kandungan air tanah yang tidak terlalu lembab(1 meter di bawah permukaan tanah), memilih mata tunas yang benar-benar sehat, yaitu berasal dari indukyang sehat dan bebas virus, dan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau. Berbeda halnya dengan Jeruk Bali Madu tanpa biji yang diperbanyak melalui proses pencangkokan. Cabang atau ranting tanaman Jeruk Bali Madu harus dipilih berumur sekitar 3 tahun.

Pemasaran
Pasar utama bibit jeruk tanpa biji ini umumnya adalah kolektor buah dan penghobi. Harga eceran untuk bibit Jeruk Bali Madu beragam, mulai dari Rp 50 ribu-1,5 juta tergantung ukuran, media tanam dan pemesanan. Sedangkan bibit Jeruk Nipis Jumbo dihargai Rp 40 ribu/batang hingga Rp 100 ribu/batang. Lain halnya dengan pasar utama buah jeruk tanpa biji terutama pasar modern seperti supermarket, pasar swalayan, dan toko buah segar. Rata-rata kualitas buah Jeruk Bali Madu Tanpa Biji yang diminta supermarket adalah grade A dan B, dengan berat sekitar 2-4 kg dan ciri kulit buah mulus tanpa cacat serta daging buah yang merah dan manis.

Meski buah Jeruk Nipis Jumbo Thailand dan Jeruk Bali Madu tanpa biji laris manis di supermarket dan pasar modern, mata rantai distribusi jeruk tak lepas dari supplier/tengkulak sebelum akhirnya ke supermarket Ada tiga alur pemasaran buah, yaitu Petani langsung ke supermarket, umumnya dilakukan oleh petani besar. Petani - ke Pedagang Besar - ke Supermarket, Petani - ke pengepul kecil - ke Pedagang Besar - ke Supermarket. Tiap tingkatan jalur pemasaran akan terjadi kenaikan harga sekitar 10-30%.

Bagi para pemula usaha bisa menjalankan usaha pembibitan maupun budidaya hingga panen. Namun untuk budidaya hingga panen memerlukan waktu pemeliharaan lebih lama. Lahan yang digunakan untuk budidaya Jeruk Bali Madu tanpa biji bisa dimulai dari pekarangan rumah. Dengan menanam bibit Jeruk Bali Madu tanpa biji di lahan seluas 25 m2 saja, setelah 3 tahun tiap pohon bisa dipanen sebanyak 10-20 kg buah jeruk Tiap kg buah jeruk umumnya dapat dijual seharga Rp 10-15 ribu/kg. Begitu pula untuk pembibitan jeruk tanpa biji di lahan seluas 1.000 m2. Setelah delapan bulan bibit siap dijual. Satu pohon indukan bisa menghasilkan sekitar 10 batang bibit dengan rata-rata tinggi bibit 30 cm dan harga jual Rp 70.000/batang.

Untung. 
Keuntungan di tingkat supplier dan supermarket biasanya sekitar 20-50%. Meski keuntungan di tingkat petani tidak sebesar yang dikantongi supplier, namun keuntungan petani tetap menggiurkan. Seperti Sukir yang bisa mendapat untung Rp 17,4 juta/bulan. Menurut Sukir, setiap tahun konsumsi Jeruk Bali Madu terus mengalami peningkatan. "Kadang pasokan tidak bisa mencukupi seluruh permintaan," ujarnya.Tak hanya buahnya saja yang mendulang untung, bibit jeruk tanpa biji nyatanya mampu meraup untung menggiurkan. Tengok saja Teguh Pamuji, yang bisa untung Rp 20 juta/bulan dari menjual bibit Jeruk Nipis Jumbo Thailand tanpa biji.

Kendala
Kendala yang membayangi petani jeruk tanpa biji adalah serangan hama penyakit CVPD. Penyakit ini disebabkan oleh Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri. Bagian yang diserang biasanya batang tanaman. Gejala tanaman yang terserang CVPD adalah berdaun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah warna orange. Cara pengendalian penyakit ini terbilang sulit. Solusinya adalah dengan injeksi CVPD dan merelokasi kebun jeruk minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Cara lain juga bisa dengan menggunakan Pestona atau Natural BVR. 

Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.

Posting Komentar untuk "Untung Besar Dari Budidaya Jeruk Seedless (Tanpa Biji)"

Follow Berita/Artikel Jendela Informasi di Google News