iklan space 728x90px

Cara Berdamai Dengan Keterbatasan Anak

Jendela Informasi - Memang tidak mudah bagi para orangtua ketika mengetahui buah hatinya memiliki kekurangan yang tampaknya sulit dikoreksi. Menjadi orangtua yang hebat itu memang dibutuhkan mental yang luar biasa, di antaranya harus memiliki kesabaran dan kesediaan menerima anak apa adanya. Setiap anak tidak pernah pesan terlahir dengan kekurangan. Jika mereka diminta memilih, mungkin mereka sangat menginginkan terlahir sebagai individu yang sempurna, baik lahir maupun batin. Lantas bagaimana cara berdamai dengan keterbatasan anak?

Sebelum keluarga memutuskan untuk menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi, langkah yang terbaik adalah menerima anak apa adanya oleh kedua orangtuanya. Bukan oleh ibu saja, tetapi juga ayahnya. Dengan keterbatasan yang dimilikinya saja, dapat menjadi potensi bagi anak menjadi kurang percaya diri. Hal itu akan semakin buruk jika terjadi penolakan dari ayah yang seharusnya dapat memperkuat citra positif pada diri anak. Perlu diketahui, anak-anak yang memiliki keterbatasan biasanya mereka juga memiliki perasaan yang cukup peka terhadap reaksi-reaksi emosi yang terada di sekelilingnya.

Adalah cukup bijaksana jika kita sebagai orangtua untuk melihat keunggulan anak sebagai pintu arah masa depannya. Apabila usianya yang sudah beranjak remaja, misalnya 16 tahun, keputusan melanjutkan ke jenjang pendidikan harus lebih fokus dan jangan salah arah. Intinya harus beranjak dari keunggulan serta minat anak dan bukan dari kelemahannya.

Apakah harus SMK atau SMA? Keputusan itu harus sejalan dengan tujuan akhir apa yang dapat dicapai sesuai dengan kemampuan anak. Jika Anda dan keluarga memutuskan untuk mendaftarkan ke SMA yang bersifat umum dan berharap anak dapat melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, harus dipikirkan ulang apakah anak akan mampu mengikuti proses pembelajaran yang sifatnya sangat akademis. Akan tetapi, jika Anda bermaksud mengasah keterampilan anak dari segi keunggulan yang dimilikinya, sebaiknya didaftarkan ke SMK yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

Adapun IQ atau intelligence quotient merupakan satuan ukuran dari hasil tes inteligensi. Pengukuran IQ tidak sama sifatnya dengan pengukuran ilmu alam. Inteligensi adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Oleh karena itu, apa yang diukur dalam tes psikologi kebanyakan tidak dapat diamati atau ditangkap melalui pancaindra. Misalnya, perasaan, motivasi, sikap, dan penyesuaian diri atau minat. Pada awalnya, IQ masih dapat berubah-ubah yang kemudian menjadi lebih stabil di masa dewasa. Perubahan IQ dapat disebabkan adanya perubahan dalam pendidikan yang sesuai, kesiapan menerima suatu pendidikan tertentu, dan iklim psikologis dalam keluarga.

Dengan demikian, kemampuan anak itu berbeda-beda. Selain kemampuan akademik, seperti membaca, menulis, dan berhitung. Orangtua diharapkan mampu mengenali pencapaian lain yang disebut sebagai kecerdasan majemuk atau multiple intelligences. Dengan memahami adanya kecerdasan majemuk pada diri anak, akan memudahkan orangtua atau guru menggali kecerdasan anak di luar kecerdasan yang bersifat skolastik. Kecerdasan majemuk itu antara lain kecerdasan musikal, gerak tubuh, interpersonal, intrapersonal, kecerdasan naturalis, kecerdasan linguistik, visual spasial, dan kecerdasan logika matematika.

Seorang ahli, Schmidt, menyebutkan bahwa anak-anak dengan kecerdasan gerakan tubuh akan senang melakukan berbagai aktivitas dengan tubuhnya. Pada masa depannya, anak-anak ini dapat saja membangun karier, sebagai penari, atlet, koreografer, aktor, guru olah raga, pelatih drama, pemain pantomim, atau mekanik pesawat terbang.


Semoga tulisan mengenai cara berdamai dengan keterbatasan anak ini dapat memberikan inspirasi bagi keluarga untuk berkeputusan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak.
Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.

Posting Komentar untuk "Cara Berdamai Dengan Keterbatasan Anak"

Follow Berita/Artikel Jendela Informasi di Google News