iklan space 728x90px

Abu Ali Hasan Ibn Al-Haitham, Bapak Optika Modern

Jendela Informasi - Di zaman keemasannya Mesopotamia menghasilkan banyak ilmuwan Islam yang menjadi peletak dasar-dasar ilmu pengetahuan modern yang kini dikembangkan negara Barat. Salah satu diantaranya adalah Abu Ali Hasan Ibn Al-Haitham (965-1039). 

Ilmuwan Islam yang lahir pada tahun 965 di kota Basra Irak ini adalah ahli fisika yang paling mashur dalam pengembangan teori optik dan metode ilmiahnya. Ia pula yang pertama kali mengenalkan syaraf optik pada mata manusia. Tak heran jika dunia kemudian mengukuhkannya sebagai 'Bapak Optika Modern'. Namun keahliannya bukan hanya dibidang optik, ia juga memberikan kontribusi yang cukup besar di bidang atmosfir, fisika, dan astronomi.


Dunia barat lebih mengenal nama Abu Ali Hasan Ibn Al-Haitham dengan sebutan Alhazen. Masa Alhazen kecil mendapatkan pendidikannya di Basra dan Baghdad. Setelah menamatkan pendidikannya, Alhazen muda berangkat ke Mesir untuk mempelajari tata cara pengendalian banjir Sungai Nil. Namun ia tak berhasil di bidang ini sehingga kemudian memutuskan untuk mengunjungi Spanyol. Dalam masa pengembaraannya ia menghabiskan banyak waktu untuk melakukan pencarian ilmiah, antara lain tentang optik, matematika, fisika dan obat-obatan, lengkap dengan pengembangan metode ilmiahnya.

Salah satu eksperimennya yang terkenal adalah ketika ia mengamati cahaya yang dilewatkan melalui berbagai media yang kemudian menghasilkan hukum refraksi cahaya. Ia melakukan eksperimen pertamanya tentang dispersi cahaya ke dalam berbagai urutan warna.

Bukunya Kitab Al-Manadhir diterjemahkan kedalam bahasa latin pada pertengahan abad, menjelaskan tentang warna-warna cahaya saat matahari terbenam. Ia juga melakukan pengamatan yang panjang mengenai berbagai fenomena fisika alam seperti bayangan, gerhana matahari, pelangi dan cahaya.

Abu Ali merupakan orang pertama yang menggambarkan secara akurat berbagai bagian mata dan menjelaskan secara ilmiah proses penglihatan sekaligus menjelaskan tentang penglihatan binokuler dan mengoreksi penjelasan tentang penambahan yang nampak dalam ukuran matahari dan bulan ketika mendekati horizon. Ia diketahui sebagai orang yang paling awal menggunakan kamera obscura.

Pengamatannya mengoreksi teori penglihatan Ptolemy dan Euclid yang menyatakan bahwa obyek yang terlihat oleh mata karena adanya cahaya yang keluar dari mata. Menurut Abu Ali, sinar berasal dari obyek yang dilihat bukan dari mata.

Kitab Al-Manadhir yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin memberikan pengaruh yang besar pada ilmu pengetahuan barat yang dikembangkan ilmuwan Roger Bacon dan Kepler. Hal ini membawa kemajuan besar dalam metode eksperimen.

Dalam bukunya Mizan al-Hikmah Ibn Al-Haitham membahas tentang kepadatan atmosfir dan hubungannya dengan ketinggian dan tentang refraksi atmosfir. Ia menemukan bahwa senja terjadi ketika matahari berada di bawah horizon.

Kontribusinya pada matematika dan fisika sangat ekstensif. Di bidang matematika, ia mengembangkan geometri analitik dengan menekankan pada kaitan antara aljabar dan geometri. Selain itu ia mempelajari mekanika suatu benda. Teori yang dikemukakan tentang mekanika yaitu bahwa suatu benda terus bergerak secara sempurna hingga ada gaya lain yang menghentikan atau mengubahnya. Teori ini hampir mirip dengan teori hukum Newton.

Sedikitnya ada 200 buku yang dibuat Abu Ali Hasan namun hanya sedikit saja yang berhasil diselamatkan. Salah satunya adalah karya monumentalnya tentang optik yang berhasil diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Buku lain yang sempat diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Yahudi dan bahasa lainnya adalah mengenai Kosmologi. 

Dari tulisan-tulisannya, Abu Ali Hasan menggambarkan dengan jelas metode ilmiah yang dikembangkan dan diaplikasikan oleh kaum muslim dan membandingkan pengamatan secara sistematik dari fenomena fisik yang digabungkan dengan teori-teori ilmiahnya. Ini merupakan salah satu terobosan dalam metodologi ilmiah yang nyata-nyata membedakannya dari sekedar tebakan atau mengira-ngira sesuatu.

Karena itu Abu Ali Hasan-lah orang yang memberikan landasan antara pengamatan, hipotesis dan verifikasi di bidang ilmu pengetahuan. Sejarah mengakui, Ibn Al-Haitham telah berjasa besar dalam memberikan pengaruh pada ilmu fisika secara umum, khususnya dalam bidang optik. Ia telah membawa era baru penelitian optik baik secara teori maupun aplikasinya. 

Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.

Posting Komentar untuk "Abu Ali Hasan Ibn Al-Haitham, Bapak Optika Modern"

Follow Berita/Artikel Jendela Informasi di Google News