iklan space 728x90px

Kok, Sejarah dan Perkembangannya Hingga Kini

Jendela Informasi - Kok, seperti dilansir di laman id.wikipedia.org, merujuk pada bola yang digunakan dalam olah raga bulu tangkis. Bola ini terbuat dari rangkaian bulu angsa yang disusun membentuk kerucut terbuka dengan pangkal berupa gabus berbentuk setengah bola. Kata kok ini diserap dari bahasa Inggris shuttlecock. Kata cock berarti ayam jantan, sebab sebelum menggunakan bulu angsa, produksi kok menggunakan bulu ayam jantan. Sementara itu, kata shuttle disematkan karena pergerakan kok yang bolak-balik di lapangan selama permainan berlangsung.

Kok yang digunakan dalam permainan badminton dunia harus memenuhi standar yang ditetapkan The Badminton World Federation (BWF). Kok harus terbuat dari bulu angsa asli atau sintetis yang memiliki karakteristik terbang seperti bulu asli. Setiap kok, wajib terdiri dari 16 buah bulu dengan panjang yang sama, yaitu antara 6,2 sentimeter sampai 7 sentimeter.

Pangkal kok yang bisa terbuat dari gabus atau material sintetis lainnya setengah bola berukuran diameter 2,5 sentimeter sampai 2,8 sentimeter. Ujung dari keenam belas bulu yang tertancap kuat di gabus itu harus membentuk lingkaran berdiameter 5,8 sentimeter sampai dengan 6,8 sentimeter. Berat kok seluruhnya harus antara 4,47 gram dan 5,50.

Saat ini, hanya ada 22 perusahaan produsen kok di dunia yang memiliki sertifikasi dari The BWF. Sayang, walau olah raga badminton ini termasuk paling popular di Indonesia, tidak ada satu pun perusahaan produsen kok dari Indonesia yang mendapat sertifikasi The BWF. Dari 22 produsen kok yang terdaftar, mayoritas adalah Republik Rakyat Tiongkok (7), Malaysia (3), Taiwan (4), Hong Kong (2), Thailand (1), Amerika Serikat (1), Perancis (1), Denmark (1), Singapura (1), dan Jepang (1).

Dilihat dari jumlah itu, produsen kok memang dikuasai oleh Negara-negara Asia Timur, terutama Tiongkok, Taiwan, dan Hong Kong. Hal itu cukup masuk akal karena Tiongkok adalah negeri asal kok itu sendiri. Di negara-negara itu, kok tidak hanya digunakan untuk alat olah raga badminton, melainkan juga olah raga lainnya.

Satu jenis olah raga paling populer yang menggunakan kok, yaitu olah raga jianzi atau ti jianzi atau disebut juga jianqiu. Cara permainannya hampir mirip dengan sepak takraw, tetapi tidak menggunakan bola, melainkan kok. Permainan ini tidak menggunakan raket seperti halnya badminton, melainkan menggunakan seluruh anggota badan kecuali kedua tangan untuk melempar kok ke arah lawan.

Ditelusuri sejarahnya, olah raga ini muncul sebelum lahirnya badminton. Jianzi sudah dimainkan oleh masyarakat Tiongkok sejak 2000 tahun yang lalu. Pada awalnya, jianzi dimainkan oleh para jenderal militer di masa istirahat dari perang. Permainan ini juga menjadi metode pelatihan tentara untuk melatih konsentrasi. Hingga saat ini, masyarakat Tiongkok sering bermain jianzi di taman-taman hampir setiap penjuru kota. Meski begitu, permainan jianzi tidak menggunakan kok dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh The BWF. 

Olah raga yang menggunakan kok di dunia ini bukan hanya badminton. Menurut catatan yang dikutip dari Organisasi Shuttlecock Dunia, setidaknya ada 12 jenis olah raga dengan nama berbeda-beda. Misalnya, Tiongkok memiliki jianzi, di India ada olah raga permainan yang dinamai poona, dan jenis-jenis olah raga lainnya. Dengan demikian, seperti halnya bola, bisa dikatakan kok adalah salah satu bagian dari warisan peradaban dunia yang berharga. 

Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.

Posting Komentar untuk "Kok, Sejarah dan Perkembangannya Hingga Kini"

Follow Berita/Artikel Jendela Informasi di Google News