iklan space 728x90px

Pasar Cimol Gedebage Bandung

Setiap akhir pekan atau menjelang hari raya, lorong-lorong yang terbentuk dari jejeran kios-kios sederhana itu disesaki orang-orang. Di Pasar Cimol Gedebage itu kini terdapat 1.088 kios yang kebanyakan menjajakan pakaian bekas layak pakai dan sisa ekspor. Jumlah lapak di Pasar Cimol Gedebage memang cukup banyak, belum lagi jika ditambah dengan kios-kios yang berdiri di luar bangunan pasar. Hingga kini, jumlah pedagang yang ada mencapai 400 orang. Jika dibandingkan dengan jumlah kiosnya memang tak setara, itu karena ada beberapa pedagang yang menyewa lebih dari satu kios. Bangunan Pasar Cimol Gedebage sebenarnya memiliki dua lantai. Di lantai dua terapat pula deretan kios, tetapi tak ada yang menempati. Berbeda dengan lantai dasar yang nyaris tak ada lapak kosong.

Pasar Cimol Gedebage mulai dibangun pada 2007 dan selesai satu tahun kemudian. Akan tetapi, perjalanan para pedagang yang ada di dalamnya tak sebelia itu. Awalnya, mereka adalah pedagang kaki lima (PKL) yang mangkal di emperan Jalan Cibadak pada dekade 1990-an. Kawasan itu cukup populer hingga muncullah istilah Cibadak Mai yang dipelesetkan menjadi Cibadak Mol dan disingkat Cimol. Kala itu, Cibadak memang dianggap malnya para pemburu pakaian bekas.

Tahun 2005, terbit Peraturan Daerah No. 11/2005 Tentang Penyelenggaraan Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan (Perda K3). Maka, para PKL Cibadak pun menjadi salah satu bidikan pemerintah kota untuk ditertibkan, lalu mereka direlokasi ke kawasan Tegallega. Pada tahun yang sama, Kota Bandung saat itu tengah mempersiapkan hajatan besar, yaitu peringatan 50 tahun Konferensi Asia Afrika. Setiap sudut kota pun dipercantik, termasuk kawasan Tegallega yang dikunjungi sejumlah kepala negara untuk menanam 25jenis pohon di Taman Tegallega.

Kunjungan para kepala negara-negara Asia dan Afrika itu dianggap tak memungkinkan jika PKL Cimol masih menetap di Tegallega karena dirasa mengganggu keindahan kawasan. Maka, mereka kembali harus mengangkut barang dagangannya dan berjualan di Terminal Kebonkalapa (Abdul Muis) Bandung. Di sisi lain, pemerintah juga sudah menyiapkan lahan untuk dijadikan pasar Cimol di Gedebage. Namun, pembangunannya sempat terkatung-katung sehingga meskipun para PKL bersedia pindah ke Gedebage pada 2006, mereka harus rela berjualan di tempat penampungan pedagang sementara terlebih dahulu di Gedebage. Baru pada 2008, bangunan Pasar Cimol selesai dikerjakan dan para. PKL pun berangsur-angsur menempati lapak yang disediakan. Peresmian Pasar Cimel Gedebage dilakukan 23 Desember 2010 oleh Wali Kota Bandung Dada Rosada. Uniknya, meski kini lokasinya di Gedebage, nama Cimol (Cibadak Mai) masih digunakan.

Tak jauh berbeda dengan sebelumnya, Pasar Cimol tetap didominasi oleh pakaian bekas mulai dari kemeja, celana, kaus, hingga jaket. Ada juga beberapa pedagang yang menjajakan pakaian baru, tas, dompet, dan aksesori lainnya. Kini, yang datang ke Cimol tak hanya orang-orang berdompet tipis yang sekadar mengincar pakaian murah meriah. Banyak juga pengunjung yang benar-benar berniat memuaskan hasrat fashion mereka dengan memburu beragam model pakaian unik dan menarik. (Sumber : PRM 19/10/2014)


Lokasi : Jalan Soekarno-Hatta No. 237, Kelurahan Mekarmulya, Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung
Tahun pembangunan : 2007-2008
Luas lahan : 1.561 m2
Luas bangunan : 1.100 m2
Jumlah kios : 1.088
Jumlah pedagang : 400
Pengelola : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung dan PT Javana Arta Perkasa
Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.

Posting Komentar untuk "Pasar Cimol Gedebage Bandung"

Follow Berita/Artikel Jendela Informasi di Google News