iklan space 728x90px

WS Rendra, Protes lewat Panggung untuk Menyuarakan Kebenaran


Jendela Informasi - Tokoh WS Rendra (1935-2009) tak akan terlepas dari kesusastraan. Karya-karyanya selalu menjadi salah satu rujukan mahasiswa yang hendak mengupas tentang masa-masa perkembangan dunia kepenyairan di Indonesia.

Banyak kayya-karya menawan Rendra yang terlahir. Salah satu karya puisi, yaitu Burung Kondor (terkadang ditulis: Burung-burung Kondor) yang sangat bergeming. Puisi itu kemudian dikembangkan Rendra lewat pentas teater dengan lakon Mastodon dan Burung Kondor untuk pertama kalinya pada 1973. Hal itu menjadi satu titik sejarah Rendra dalam menunjukkan reaksi dan aksi atas ketimpangan dan ketidakadilan di negeri ini.

Pascareformasi, istri mendiang Rendra, Ken Zuraida, telah mementaskan kembali Mastodon dan Burung Kondor di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada 10-14 Agus-tus 2011 lalu. 

Dalam naskah drama Mastodon dan Burung Kondor, Rendra menghadirkan tokoh-tokoh dengan nama Amerika Latin dan Spanyol. Sebut saja, ada Emmanuel Valdes, Pedro Aros, Gloria Del Bianco, Don Carvallo, Kolonel Max Carlos, dan Fabiola Andrez. 

Mas Willy, sapaan Rendra, tak asing dengan nama-nama itu. Apalagi sebelum mementaskan lakon itu, selama tiga tahun (1964-1967) belajar di American Academy of Arts di Amerika Serikat. 

Tokoh utama dalam naskah itu adalah Jose. Ucapan-ucapannya selalu bernada puitis dan filosofis. Jelas sekali tokoh Jose merupakan prototipe Willy sendiri. Gagasan dan ide selalu dikumandangkan Jose secara sendu, tegas, dan kritis.

Naskah itu memiiiki pesan untuk mencapai sebuah perubahan. Terlihat dari kaum revolusioner (mahasiswa) yang tak genting melawan penguasa.

Terlepas dari persoalan itu, Willy menunjukkan diri sebagai seorang penyair yang juga seorang pejuang demokrasi. Itu bisa terlihat pada naskah drama lainnya, seperti Orang-orang di Tikungan Jalanan (1956) dan Penembahan Reso (1988). Lalu, kumpulan sajak seperti Balada Orang-orang Tercinta (1957), Empat Kumpulan Sajak (1961), dan Blues untuk Bonnie (1971).

Willy meninggalkan sederet karya berkualitas. Perjalanan hidup seseorang di bumi memang singkat, tetapi sebuah karya memiliki masa yang abadi (eeuwigdurend). Dia telah selesai bersaksi lewat Mastodon dan Burung Kondor. Ada pesan mendalam untuk menyuarakan kebenaran (waarheid) lewat panggung. 

Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.

Posting Komentar untuk "WS Rendra, Protes lewat Panggung untuk Menyuarakan Kebenaran"

Follow Berita/Artikel Jendela Informasi di Google News