iklan space 728x90px

Unicorn Ditinjau dari Sisi Bahasa


Jendela Informasi - Dalam debat Pilpres 2019 putaran kedua yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta, dan ditayanglangsungkan oleh sejumlah stasiun televisi nasional, Minggu 17 Februari 2019 lalu, ada sebuah momen di mana calon presiden nomor urut dua, Prabowo Subianto, tampak perlu berpikir beberapa detik dan justru kemudian balik bertanya saat capres nomor urut satu, Joko Widodo, mengajukan sebuah pertanyaan terkait dengan unicorn.

"Infrastruktur apa yang akan Bapak bangun untuk mendukung perkembangan unicorn-unicorn Indonesia?" tanya Joko Widodo saat itu.

"Yang Bapak maksud unicorn? Maksudnya yang online-online itu, iya, kan?" kata Prabowo bertanya balik.

Bagi mereka yang bergelut di sektor bisnis, khususnya bisnis e-commerce, istilah unicorn tentu saja bukan sesuatu yang asing.

Unicorn merujuk kepada perusahaan-perusahaan rintisan alias startup yang memiliki valuasi lebih dari 1 miliar dolar AS. Valuasi adalah nilai ekonomi dari bisnis yang dilakukan.

Menurut CB Insight, saat ini terdapat sekurangnya 300 unicorn di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, empat di antaranya berasal dari Indonesia. Keempat unicorn Indonesia itu adalah GoJek, dengan valuasi mendekati 10 miliar dolar AS, Tokopedia (7 miliar dolar AS), Bukalapak (1 miliar dolar AS), dan Traveloka (1 miliar dolar AS).

Selain unicorn, ada juga yang disebut decacorn, dan hektocorn. Decacorn adalah perusahaan rintisan yang memiliki valuasi mencapai 10 miliar dolar AS, sedangkan hektocorn adalah perusahaan rintisan yang memiliki valuasi sekitar 100 miliar dolar AS.

Istilah unicorn sendiri pertama kali muncul pada 2013. Istilah ini dipopulerkan oleh Aileen Lee, pendiri perusahaan Cowboy Ventures. Saat itu, Lee tengah membicarakan 39 perusahaan rintisan dengan keuntungan besar, yang boleh dibilang masih langka.

Unicorn sebenarnya bukan kata yang benar-benar baru. Paling tidak kata ini sudah ada sejak masa Mesopotamia. Menurut Ensiklopedia Britannica, unicorn adalah hewan mitologis. Bentuknya menyerupai kuda dengan tanduk tunggal di dahinya. Ensiklopedia Britannica menjelaskan bahwa unicorn muncul dalam karya-karya seni Mesopotamia awal. Selain itu, unicorn muncul pula dalam mitos-mitos kuno India dan Tiongkok.

Akar kata unicorn adalah unicornis (bahasa Latin). Artinya bertanduk satu. Kata ini berasal dari gabungan dua buah kata yaitu uni (satu) dan cornus (tanduk).

Perusahaan-perusahaan rintisan yang baru muncul dan memiliki valuasi sekitar satu miliar dolar AS diibaratkan seperti seekor kuda mitologis yang bertanduk satu. Begitulah barangkali yang ada di benak Aileen Lee ketika ia pertama kali memperkenalkan kata ini sekitar enam tahun lalu.

Dengan demikian, sejauh ini, unicorn setidaknya mengandung dua makna. Pertama, ia merujuk kepada hewan mitologis, dan kedua, ia merujuk kepada perusahaan rintisan. Yang satu fiktif, tidak nyata. Yang satunya lagi nyata serta memiliki nilai ekonomi. [Sumber : Djoko Subinarto / PRM / 24 / 02 / 2019 ]

Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.
Follow Berita/Artikel Jendela Informasi di Google News