iklan space 728x90px

Retinopati Diabetik, Komplikasi Mata Pada Penderita Diabetes

Jendela Informasi - Mengalami komplikasi pada penderita diabetes adalah hal yang paling ditakuti. Pasalnya, komplikasi bisa terjadi di hampir semua organ dan bagian tubuh. Salah satunya adalah komplikasi pada bagian retina mata atau yang sering disebut dengan retinopati diabetik.

Retinopati diabetik adalah kelainan yang terjadi pada pembuluh darah di bagian retina mata disebabkan oleh diabetes atau kencing manis. Retina adalah lapisan di mata bagian belakang yang sensitif terhadap cahaya. Retina berfungsi mengubah cahaya yang masuk ke mata menjadi sinyal listrik yang akan diteruskan ke otak.

Di otak, sinyal listrik akan diubah menjadi bentuk gambar yang kita lihat sehari-hari. Karena fungsinya yang cukup penting tersebut, retina membutuhkan asupan darah yang lancar dari pembuluh-pembuluh darah kecil di sekitar retina. Pada penderita diabetes, kadar gula darah yang terlalu banyak dapat menyumbat pembuluh-pembuluh darah kecil ini, sehingga retina pun kekurangan asupan darah.


Akibataya, retina akan membentuk pembuluh darah baru guna mencukupi kebutuhan darah. Sayangnya, pembuluh-pembuluh darah yang baru terbentuk ini tidak mampu berkembang secara sempurna, sehingga rentan sekali pecah atau bocor.

Di retina, seharusnya tidak boleh ada pembuluh darah baru. Karena kalau ada akan menimbulkan permasalahan yang lebih kompleks. Misalnya, mudah pecah dan terjadi perdarahan pada retina mata.

Penderita diabetes tipe 1 dan 2 berisiko besar untuk mengalami komplikasi. Untuk penderita diabetes tipe 1, hampir 99% mengalami retinopati diabetik dalam periode 20 tahun selama menderita diabetes. Sedangkan untuk penderita tipe 2, prevalensinya sekitar 60%.

Ada pun yang membedakan penderita diabetik dapat terkena retinopati diabetik dan tidak terkena, yaitu dari perjalanan penderita diabetes itu sendiri. Yang namanya diabetes, itu komplikasinya bisa ke seluruh tubuh. Mata cuma salah satu bagian terkecilnya. Jadi, kalau kadar gula darah tidak terkontrol, komplikasi apa pun bisa terjadi, bergantung pada perjalanan penyakit itu sendiri.

Intinya, semakin lama orang menderita diabetes, semakin besar pula risiko untuk terkena retinopati diabetik. Terutama apabila kadar gulanya tidak terkontrol. Beberapa faktor lain seperti kehamilan, memiliki kadar kolesterol dan tekanan darah yang tinggi, kebiasaan mengisap rokok, serta penderita down syndrom, juga bisa menjadi faktor pemantik retinopati diabetik.

Screening
Lalu, apa yang bisa dilakukan penderita diabetes untuk mencegah komplikasi pada retina mata, atau retinopati diabetik ini?

Lakukan screening. Untuk pasien diabetes tipe 1, seharusnya dalam 3-5 tahun ketika dia terdiagnosis, bisa memeriksakan diri ke dokter mata. Untuk tipe 2, begitu terdiagnosis memiliki diabetes, harus langsung datang untuk memeriksakan matanya.

Untuk penderita diabetes yang sedang hamil, dakter mata juga akan merekomendasikan dilakukannya pemindaian mata pada trimester pertama. Ketika diketahui ada kelainan pada retina mata, dokter akan menentukan derajatnya. Derajat ini akan menjadi penentu penatalaksanaan dalam tindakan selanjutnya. Sebaliknya, jika tidak ditemukan adanya kelainan, pasien tetap disarankan untuk mengontrol gula darah dalam tubuhnya.

Akan tetapi, hal yang banyak terjadi adalah banyak pasien yang justru baru mengetahui dia menderita diabetes, ketika memeriksakan penglihatan yang buram.

Terbagi Dua
Secara garis besar, retinopati diabetik dibagi menjadi dua jenis. Pertama, retinopati diabetik nonproliferatif. Ini adalah stadium awal dari retinopati diabetik. Dikatakan nonproliferatif karena pada jenis ini, tidak terjadi pertumbuhan (proliferasi) pembuluh darah yang baru.

Kedua, yaitu retinopati diabetik proliferatif. Retinopati diabetik jenis ini merupakan kondisi parah yang membutuhkan pelianganan segera. Pada kasus ini, sebagian besar pembuluh darah retina telah rusak, sehingga terbentuklah pembuluh-pembuluh darah baru yang tidak normal. Pembuluh darah baru ini memiliki dinding yang lemah sehingga mudah pecah dan darah akan merembes masuk ke cairan bola mata atau yang disebut dengan viterus. 

Bila semakin banyak, tumpukan cairan dan darah ini akan meningkatkan tekanan bola mata dan merusak persarafan sehingga menyebabkan suatu kondisi yang disebut dengan glaukoma. Glaukoma adalah penyakit mata karena tekanan cairan dalam bola mata menjadi terlalu tinggi sehingga merusak serat lembut saraf optik yang membawa sinyal penglihatan dari mata ke otak. Kerusakan ini tidak dapat disembuhkan dan dapat menyebabkan kebutaan pada tahapan yang parah.

Selain itu, pertumbuhan pembuluh-pembuluh darah baru ini akan memicu terbentuknya jaringan parut. Jaringan parut ini pada akhimya menarik retina sehingga terlepas bagian belakang mata. Pada saat ini terjadi, seseorang bisa mengalami gangguan penglihatan.

Ada pun terapi yang bisa dilakukan yaitu "hanya" dengan mengendalikan gula darah, pada penderita retinopati diabetik nonproliferatif. Dengan mengendalikan kadar gula dalam darah, bisa memperlambat perkembangan penyakit dan komplikasinya.

Sedangkan untuk penderita retinopati diabetik proliferatif, terdapat beberapa modalitas terapi yang bisa dilakukan. Misalnya, dengan penyuntikan anti-VEGF ke dalam mata. Suntikan ini diberikan langsung ke dalam mata dan berguna untuk mencegah pembentukan pembuluh darah baru di bagian belakang mata.

Terdengarnya memang seram, tapi tidak begitu. Rasa sakit yang dirasakan akan minimal, karena pasien akan dibius lokal. Selain itu, juga ada terapi vitrektomi. Tindakan ini bertujuan untuk mengeluarkan darah dan jaringan parut dari bagian tengah mata, dengan cara membuat irisan kecil pada mata dengan bantuan anestesi umum maupun lokal. 

Ada juga terapi menggunakan sinar laser fokal atau fotokoagulasi, untuk pasien yang derajatnya sudah besar. Tujuannya untuk mernperlambat atau menghentikan titik-titik kebocoran cairan atau darah di dalam mata. Pasien BPJS juga bisa melakukan rangkaian tindakan itu, bahkan hingga ke tindakan laser fotokoagulasi.

Diabetes
Penyakit diabetes akan selalu meningkat kedudukannya sebagai penyakit yang paling bermasalah di tahun-tahun mendatang. Berdasarkan data WHO, pada 2004, prevalensi diabetes sebesar 100 juta orang di dunia. Tahun 2010, angkanya berlipat menjadi 215,6 juta orang.

Dt Indonesia, versi Persatuan Diabetes Indonesia, angka prevalensi diabetes pada 2004 mencapai 8,4 juta orang. Pada 2030, Badan Kesehatan Sedunia (WHO) memprediksi angkanya berlipat ganda menjadi 21,3 juta orang. Sayangnya, tingkat kesadaran masyarakat mengenai penyakit ini belum juga sesuai dengan yang diharapkan. Padahal, diabetes menempati urutan keempat penyebab kematian tertinggi. Indonesia adalah negara keenam dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia.

Berkaitan dengan retinopati diabetik, satu-satunya hal yang bisa dilakukan untuk nmncegahnya, yaitu dengan menjauhi potensi terkena penyakit diabetik.

Meskipun faktor genetik rnempengaruhi perkembangan penyakit yang disebut kencing manis ini, namun faktor perilaku dan gaya hidup juga besar pengaruhnya.

Hal yang bisa dilakukan untuk mencegah diabetes, misalnya, dengan menghindari hal-hal seperti kelebihan berat badan. Hal lainnya adalah dengan cukup olah raga atau aktivitas fisik, makan makanan yang tinggi serat, hindari merokok, dan tidak mengonsumsi alkohol. [Sumber: Endah Asih/PRM 08/10/2017]

Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.

Posting Komentar untuk "Retinopati Diabetik, Komplikasi Mata Pada Penderita Diabetes"

Follow Berita/Artikel Jendela Informasi di Google News