iklan space 728x90px

Cara Membedakan Nyeri Kepala Berbahaya Tak Biasa dan Nyeri Kepala Biasa


Jendela Informasi - Hampir setiap orang pernah mengalami nyeri kepala. Ada yang tidak begitu berbahaya, ada pula yang sangat berbahaya. Bagaimana cara membedakan nyeri kepala berbahaya dan nyeri kepala biasa?

Perdarahan subarachnoid (PSA) bisa berakibat sangat fatal, bahkan hingga kematian. Akan tetapi, kondisi itu seringkali tidak cepat terdeteksi karena pada umumnya tidak menimbulkan gejala yang berarti.

Perdarahan subarachnoid bisa terjadi karena faktor traumatik dan nontraumatik. Perdarahan subarachnoid traumatik terjadi akibat cedera kepala berat. Misalnya, karena kecelakaan lalu lintas, terjatuh, atau tertimpa benda pada kepala. Cedera berat itu dapat mengakibatkan pembuluh darah di selaput meningen pecah dan menyebabkan perdarahan subarachnoid.

Perdarahan subarachnoid paling sering terjadi tanpa didahului cedera dan muncul secara tiba-tiba. Penyebab terjadinya perdarahan subarachnoid nontraumatik ini biasanya adalah pecahnya aneurisma otak. Begitu aneurisma otak pecah, itu adalah nyeri kepala paling hebat yang pernah seseorang alami sepanjang hidupnya.

Apeurisma otak adalah pembesaran pembuluh darah pada otak akibat dinding pembuluh darah yang lemah. Saat aliran darah menekan dinding pembuluh darah, pembuluh darah akan menggembung seperti balon.

Seseorang dapat lebih mudah mengalami perdarahan subarachnoid jika memiliki faktor-faktor risiko seperti memiliki kebiasaan merokok, hipertensi, kecanduan alkohol, serta memiliki riwayat perdarahan subarachnoid di dalam keluarga. Ada pula penyakit lain yang menjadi faktor risiko seperti penyakit ginjal polikistik, penyakit lever, tumor otak, infeksi otak, dan lain-lain.

Menangani PSA
Ada dua prosedur yang bisa dilakukan sebagai langkah penanganan perdarahan subarachnoid. Yang paling sering dilakukan adalah coifing (endovascular coiling therapy). Dalam prosedur ini, kantung aneurisma akan diisi dengan gulungan logam coil. Dengan demikian, darah tidak melewati kantong tersebut yang berisiko pecah.

Prosedur minimal invasif ini lebih sering digunakan karena memiliki risiko komplikasi jangka pendek yang lebih rendah. Pasien biasanya diperbolehkan meninggalkan rumah sakit lebih cepat dan durasi pemulihan cenderung lebih cepat.

Tindakan ini ada kelebihan dan kekurangannya. Kekurangannya adalah lebih mahal. Kelebihannya adalah masa rawat dan pemulihan yang sangat cepat. Infeksi sangat minimal, juga tidak ada bekas tindakan.

Tenggang waktu terbaik untuk melakukan coiling adalah maksimal tiga hari setelah pecahnya aneurisma otak (ditandai nyeri kepala yang sangat hebat) atau setelah 21 hari. Alasannya, setelah tiga hari aneurisma otak pecah akan terjadi spasme. Akibatnya, darah akan memenuhi rongga subarachnoid. Setelah 21 hari, spasme akan membaik, meskipun jika tidak ditangani, tetap akan menyebabkan kerusakan pada otak yang mengakibatkan penderitanya mengalami kelumpuhan, koma, bahkan kematian.

Selain itu, ada neurosurgical clipping atau operasi menggunakan clipping. Prosedur itu dilakukan dengan menjepit pembuluh darah yang bermasalah dengan klip logam. Prosedur clipping dilakukan melalui metode kraniotomi atau bedah kepala, dalam keadaan pasien tidak sadar setelah diberikan obat bius total. Selanjutnya, pembuluh darah yang dijepit akan mengalami perbaikan karena aneurisma yang terjadi akan tersumbat secara permanen.

Jika tidak segera ditangani, perdarahan subarachnoid bisa memicu berkembangnya komplikasi. Misalnya, kerusakan pada otak yang disebabkan oleh menyempitnya pembuluh darah otak sehingga persediaan darah untuk otak berkurang. Bisa juga terjadi perdarahan berulang, hidrosefalus, atau kematian.

Sebagai komplikasi jangka panjang, perdarahan subarachnoid juga bisa menyebabkan epilepsi, perubahan suasana hati seperti depresi hingga gangguan pada fungsi kognitif otak.

Membedakan Nyeri Kepala Berbahaya
Meski sering merasakan nyeri di bagian kepala, ada beberapa kondisi nyeri kepala yang bisa jadi merupakan tanda penyakit serius! Penyebabnya bisa berupa tumor otak, infeksi otak, dan abses otak.

Bila curiga tumor otak, nyeri kepala yang dirasakan adalah yang kronis dan bertambah berat dari waktu ke waktu disertai gangguan tingkah laku, gangguan neurologi, dan kejang.

Jika dicurigai infeksi otak, ada riwayat panas lebih dari satu minggu, batuk, bicara kacau, kesadaran turun, dan kejang. Sementara itu, abses otak adalah infeksi bakteri yang mengakibatkan penimbunan nanah di dalam otak serta pembengkakan pada organ tersebut. Kondisi itu biasa terjadi setelah bakteri atau jamur masuk ke jaringan otak akibat cedera kepala atau infeksi pada jaringan lain.

Gejalanya adalah nyeri kepala hebat, mual, dan muntah, demam tinggi di atas 38 derajat Celsius, menggigil, perubahan perilaku, leher terasa kaku, kejang-kejang, gangguan penglihatan, dan sensitif terhadap cahaya.

Lalu, bagaimana cara membedakan nyeri kepala berbahaya akibat pecahnya aneurisma otak dengan nyeri kepala akibat migrain?

Kalau migrain, rasanya berdenyut di kepala dan berpindah-pindah bagian, lamanya antara 4 hingga 27 jam. Dalam sebulan, biasanya terjadi minimal lima kali. Sementara itu, ketika menjelang aneurisma otak pecah, rasa sakitnya ada di satu bagian saja, berdenyut sesuai dengan denyut jantung, dan semakin hari semaktn hebat.

Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.

Posting Komentar untuk "Cara Membedakan Nyeri Kepala Berbahaya Tak Biasa dan Nyeri Kepala Biasa"

Follow Berita/Artikel Jendela Informasi di Google News